Bab 3 Mimpi Para Nabi
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰۤاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada bapaknya, Wahai Bapakku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
(Qs. Yusuf: 4)
Pelajaran dari ayat di atas
Pelajaran (1) Mimpi Nabi adalah Wahyu
يَا أَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْن
“Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
Mimpi nabi adalah wahyu. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama. Di bawah ini nukilan dari perkataan para ulama, diantaranya adalah;
(1) Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (2/450),
وَقَالَ اِبْن عَبَّاس رُؤْيَا الْأَنْبِيَاء وَحْي ; وَقَدْ تَكَلَّمَ الْمُفَسِّرُونَ عَلَى تَعْبِير هَذَا الْمَنَام أَنَّ الْأَحَد عَشَر كَوْكَبًا عِبَارَة عَنْ إِخْوَته وَكَانُوا أَحَد عَشَر رَجُلًا سِوَاهُ وَالشَّمْس وَالْقَمَر عِبَارَة عَنْ أُمّه وَأَبِيهِ .
“Berkata Ibnu ‘Abbas: ’Mimpinya para Nabi adalah wahyu.’ Para ulama tafsir telah menjelaskan takwil mimpi ini, bahwa sebelas bintang adalah saudara-saudaranya, mereka berjumlah sebelas laki-laki selain Yusuf, sedangkan matahari dan bulan adalah bapak dan ibunya’.”
(2) Berkata Ibnu al-Qayim di dalam Madariju as-Salikin (1/51),
ورؤيا الأنبياء وحي فإنها معصومة من الشيطان وهذا باتفاق الأمة ولهذا أقدم الخليل على ذبح ابنه إسماعيل عليهما السلام بالرؤيا
“Mimpi para nabi adalah wahyu, karena dia terjaga dari syetan. Hal ini sudah menjadi kesepakatan umat. Oleh karenanya, al-Khalil (Ibrahim) berani menyembelih anaknya Ismail 'alaihima as-salam melalui mimpi.”
Pelajaran (2) Macam-macam Mimpi
Mimpi yang dialami seseorang dibagi menjadi tiga macam;
(1). Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah.
(2). Mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan.
(3). Mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayalan seseorang.
Tiga macam mimpi tersebut terdapat di dalam beberapa hadist di bawah ini;
(1) Hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَمَا كَانَ مِنْ النُّبُوَّةِ فَإِنَّهُ لَا يَكْذِبُ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَقُولُ هَذِهِ قَالَ وَكَانَ يُقَالُ الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ حَدِيثُ النَّفْسِ وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ وَبُشْرَى مِنْ اللَّهِ فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلَا يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ
“Jika kiamat semakin mendekat, mimpi seorang mukmin nyaris tidak bohong, dan mimpi seorang mukmin adalah satu bagian dari empat puluh bagian kenabian, dan apa yang berasal dari kenabian tentu tidaklah bohong." Muhammad mengatakan; 'Dan aku katakan sedemikian ini.' Ia juga mengatakan; Ada berita bahwa mimpi ada tiga, sekedar bisikan jiwa, teror dari syetan dan kabar gembira dari Allah, maka barangsiapa bermimpi suatu hal yang tak disukainya, jangan menceritakannya kepada seorang pun, hendaklah ia bangun dan mendirikan shalat.” (HR. al-Bukhari, 6499)
Dalam riwayat Muslim, disebutkan,
ذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ
“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang Muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling paling benar adalah mimpi yang selalu bicara benar. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari empat puluh lima macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayalan seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.” (HR. Muslim, 4200)
(2) Hadits Abu Sai’d al-Khudri radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلَا يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ
"Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang ia sukai, sebenarnya mimpi tersebut berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan ceritakanlah, adapun jika ia bermimpi selainnya yang tidak disukai, maka itu berasal dari syetan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari keburukannya, dan jangan menceritakannya kepada orang lain, sehingga tidak membahayakannya." (HR. al-Bukhari, 6470)
(3) Hadits Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنْ اللَّهِ وَالْحُلُمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلُمًا يَخَافُهُ فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ
"Mimpi yang baik berasal dari Allah sedangkan yang buruk dari syetan. Maka itu bila seseorang dari kalian mengalami mimpi buruk yang menakutkannya hendaklah meludah ke arah kirinya dan hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpinya sebab dengan begitu mimpinya itu tidak akan membahayakannya." (HR. al-Bukhari, 3049)
Pelajaran (3) Mimpi Nabi Yusuf
(1) Mimpi Nabi Yusuf adalah wahyu, maka benar-benar terjadi walaupun waktunya agak lama. Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (2/450),
وَقَدْ وَقَعَ تَفْسِيرهَا بَعْد أَرْبَعِينَ سَنَة وَقِيلَ ثَمَانِينَ سَنَة
”Tafsir dari mimpinya Nabi Yusuf terjadi setelah 40 tahun, ada yang berpendapat setelah 80 tahun.”
Tafsir mimpi Nabi Yusuf disebutkan dalam firman-Nya di akhir surat Yusuf,
وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًا ۚ وَقَالَ يٰۤاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّا ۗ
“Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, Wahai Bapakku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan.” (Qs. Yusuf: 100)
(2) Mimpi seorang mukmin yang jujur, biasanya tidak pernah salah, khususnya di akhir zaman. Berkata Ibnu al-Qayim di dalam Madariju as-Salikin (1/50),
والرؤيا مبدأ الوحي وصدقها بحسب صدق الرائي وأصدق الناس رؤيا أصدقهم حديثا وهي عند اقتراب الزمان لا تكاد تخطىء كما قال النبي وذلك لبعد العهد بالنبوة وآثارها فيتعوض المؤمنون بالرؤيا وأما في زمن قوة نور النبوة ففي ظهور نورها وقوته ما يغني عن الرؤيا ونظير هذا الكرامات التي ظهرت بعد عصر الصحابة ولم تظهر عليهم لإستغنائهم عنها بقوة إيمانهم واحتياج من بعدهم إليها لضعف إيمانهم
“Mimpi adalah dasar wahyu, kebenarannya tergantung kepada kejujuran yang bermimpi, dan yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Dan mimpi ini jika terjadi di akhir zaman seringkali tidak pernah salah, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena jauhnya zaman ini dari zaman kenabian dan semakin mengecil pengaruhnya, maka hal itu bagi orang-orang beriman diganti dengan mimpi. Adapun pada zaman masih kuatnya cahaya kenabian, maka kekuatan cahaya tersebut tidak membutuhkan mimpi.
Masalah yang mirip seperti ini adalah karamah yang muncul pada generasi sesudah sahabat, dan tidak muncul pada zaman sahabat, karena mereka tidak membutuhkannya, mereka cukup dengan kekuatan iman mereka, sedangkan generasi sesudah mereka sangat membutuhkan karamah tersebut karena keimanan mereka mulai melemah.”
(3) Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian di atas, bahwa pertolongan Allah kadang tidak terjadi begitu saja, tetapi kadang melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. Oleh karena itu setiap muslim hendaknya sabar dengan ujian hidup, barangkali Allah akan menolongnya setelah beberapa puluh tahun lamanya, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Yusuf.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »