Karya Tulis
968 Hits

Pensucian Jiwa: Bab 12 Syukur


 

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".” 

(Qs. Luqman: 12)

 

I. Pengertian Syukur

(1) Syukur adalah pengakuan terhadap kebaikan Allah disertai dengan ketundukan. Berlata Ibnu al-Qayyim di dalam Madariju as-Salikin (2/244), “Pujian dan pengakuan dengan lisan, persaksian dan kecintaan dengan hati, serta ketaatan dan ketundukan dengan anggota badan dari seorang hamba kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadanya.”

(2) Terdapat perbedaan antara syukur dan al-hamdu;

(a) Syukur lebih umum dan lebih luas sarananya daripada al-hamdu. Syukur bisa dilakukan dengan hati, memuji dengan lisan, dan beramal dengan anggota badan. Sedangkan al-hamdu hanya dengan lisan saja.

Objek yang disyukuri lebih terbatas dibanding objek al-hamdu. Biasanya seseorang bersyukur terhadap nikmat dan kebaikan yang diberikan. Adapun al-hamdu adalah pujian kepada Allah setiap waktu, baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Sering diungkap alhamdulillah ‘ala kulli hal, yang artinya “segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan”, ini tidak digunakan ketika mengucapkan syukur.

 

II. Syukur adalah Salah Satu Sifat Allah

Syukur adalah salah satu sifat Allah. Di antara nama-nama Allah yang bagus (asma-u al-husna) adalah asy-Syakir dan asy-Syakur. Beberapa ayat yang menunjukkan hal itu.

 (1) Firman Allah,

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan Maha Mengetahui.” (Qs. al-Baqarah: 158)

(2) Firman Allah,

ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Mensyukuri.” (Qs. asy-Syura: 23)

(3) Firman Allah,

 إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri Maha Penyantun.” (Qs. at-Taghabun: 17)

(4) Hadits Berbuat Baik pada Binatang

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا فَقَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui sebuah jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya; 'Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku alami.' Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya dosanya.' Para sahabat bertanya; 'Ya, Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila menyayangi hewan-hewan ini?' Jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Menyayangi setiap makhluk hidup adalah berpahala’.” (HR. Muslim, 4162)

 

III. Teladan Orang-orang yang Bersyukur

Di dalam al-Qur’an banyak disebut telada orang-orang yang bersyukur, diantaranya adalah:

(1) Nabi Nuh ‘alaihi as-salam

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Qs. al-Isra’: 3)

(2) Nabi Ibrahim ‘alaihi as-salam

Nabi Ibrahim dijadikan sosok nabi yang pandai bersyukur. Ini sesuai dengan firman-Nya,

 إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120) شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121)

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (Qs. an-Nahl: 120-121)

Bahkan nama Nabi Ibrahim dijadikan sebagai salah satu nama surat di dalam al-Qur’an. Surat Ibrahim ini disebut oleh para ulama sebagai surat syukur. Karena di dalamnya banyak mengandung perintah untuk bersyukur.

Diantara ayat-ayat syukur di dalam surah Ibrahim, antara lain;

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" .” (Qs. Ibrahim: 7)

Juga dalam firman-Nya,

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”  (Qs. Ibrahim: 34)

Juga dalam firman-Nya,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Qs. Ibrahim: 39)

(3) Nabi Sulaiman ‘alaihi as-salam

Dalam salah satu doanya, Nabi Sulaiman memohon untuk bisa menjadi hamba yang bersyukur. Ini terdapat di dalam firman-Nya,

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."” (Qs. an-Naml: 19)

Ini dikuatkan di dalam firman-Nya,

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."” (Qs. an-Naml: 40)

(4) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Dari al-Mughirah bin Syu'bah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, dikatakan pada beliau, “Apa Tuan memaksakan ini padahal Allah telah mengampuni dosa yang berlalu dan yang kemudian.” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Muslim, 5044)

(5) Luqman

Syukur adalah hikmah yang diberikan kepada Luqman al-Hakim, sebagaimana firman-Nya,

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".” (Qs. Luqman: 12)

Barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur kepada dirinya sendiri, artinya manfaat syukur itu akan kembali kepada orang yang bersyukur, setidaknya hati orang yang bersyukur akan menjadi tenang dan Allah akan melipatgandakan nikmat kepada-Nya. Allah berfirman,

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” (Qs. Luqman: 12)

 

IV. Pondasi Syukur

Syukur berdiri di atas lima pondasi, yaitu:

a. Ketundukan orang yang bersyukur kepada Dzat Yang disyukuri (Allah).

b. Cinta kepada Dzat Yang disyukuri.

c. Pengakuan terhadap nikmat-Nya.

d. Pujian  kepada-Nya karena nikmat itu.

e. Tidak menggunakan nikmat yang diberikan untuk sesuatu yang dibenci oleh Sang Pemberi nikmat.

 

V. Macam-macam Syukur

Ibnu Rajab al-Hanbali membagi syukur menjadi tiga, yaitu:

(1) Syukur dengan hati: mengakui dari hati yang paling dalam akan nikmat yang diberikan kepadanya. Pengakuan ini menumbuhkan rasa cinta kepada-Nya.

(2) Syukur dengan lisan: mengucapkan dengan lisannya pujian dan terus mengingat nikmat itu, menghitungnya berkali-kali serta menampakkannya kepada orang lain.  Berkata Fudhail bin ‘Iyadh, “Tanda orang mensyukuri nikmat adalah sering membicarakannya.” Beliau dan temannya Ibnu ‘Uyainah sering bertemu pada malam hari berbicara tentang nikmat yang mereka dapatkan dan tidak berhenti kecuali datangnya waktu subuh.

(3) Syukur dengan perbuatan: menggunakan nikmat yang Allah berikan kepadanya dalam ketaatan, seperti menginfakkan harta yang Allah berikan kepadanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, menyampaikan ilmu yang Allah berikan kepada masyarakat, dan seterusnya. Allah berfirman,

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (Qs. Saba’: 13)

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa orang-orang bersyukur kepada Allah jumlahnya sangat sedikit.

 

VI. Manfaat Syukur

Syukur membawa banyak manfaat dalam kehidupan seorang muslim. Diantara manfaat syukur adalah sebagai berikut;

(1) Syukur menyebabkan seseorang mendapatkan ridha dari Allah. Ini sesuai dengan firman-Nya,

 إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (Qs. az-Zumar: 7)

(2) Syukur menyebabkan seseorang mendapatkan perlindungan dari adzab Allah. Ini sesuai dengan firman-Nya,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Apakah Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nisa: 147)

(3) Syukur menyebabkan seseorang diberikan tambahan kenikmatan. Ini sebagaimana firman-Nya,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" .” (Qs. Ibrahim: 7)

 

VII. Cara-cara Agar Bisa Bersyukur

Banyak cara agar seorang hamba pandai bersyukur terhadap nikmat Allah. Hal itu telah diterangkan di dalam al-Qur’an dan hadits, diantaranya adalah:

(1) Tafakkur kepada nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Ini sesuai dengan firman-Nya,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Qs. an-Nahl: 78)

Berkata Yunus bin ‘Ubaid kepada seorang laki-laki yang mengeluhkan keadaan dirinya, “Apakah matamu boleh saya beli dengan 100.000 dirham?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Yunus bertanya lagi, “Apakah kedua tanganmu boleh saya beli dengan 100.000 dirham juga?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Yunus bertanya lagi, “Apakah kedua kakimu boleh saya beli dengan 100.000 dirham juga?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Maka Yunus mengingatkan nikmat Allah yang begitu banyak kepada laki-laki itu, dan mengatakan kepadanya, “Engkau ternyata mempunyai ratusan ribu dirham, tetapi masih mengeluh.”

(2) Qana’ah

Terdapat hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hurairah, jadilah kamu seorang yang wara`, niscaya kamu menjadi manusia yang paling beribadah. Jadilah kamu menjadi seorang yang qana’ah (merasa cukup), niscaya kamu menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi seorang mukmin. Perbaikilah hubungan dalam bertetangga dengan tetanggamu, niscaya kamu akan menjadi seorang yang berserah diri. Dan sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah: 4207)

(3) Melakukan sujud syukur. Diriwayatkan dari Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ

Dari Abu Bakrah dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa apabila terdapat perkara perkara yang menyenangkan atau beliau dibei kabar gembira maka beliau bersujud untuk bersyukur kepada Allah. (HR. Abu Daud: 2393)

(4) Membaca dzikir pagi dan petang yang menunjukkan bentuk syukur kepada Allah. Dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Ghannam al-Bayadhi radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ غَنَّامٍ الْبَيَاضِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ

Dari Abdullah bin Ghannam al-Bayaadhi bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkan saat waktu pagi:

اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ 

‘Ya Allah, pagi ini tidak ada nikmat yang ada padaku kecuali dari-Mu semata, tidak ada sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mu lah segala puji dan syukur.’

Maka ia telah berbuat syukur kepadanya pada hari itu, dan barangsiapa mengucapkannya pada waktu sore maka ia telah berbuat syukur kepada-Nya untuk waktu malamnya." (HR. Abu Daud: 4411)

 

VIII. Doa-doa Memohon Kesyukuran

Terdapat beberapa doa di dalam al-Qur’an dan sunnah yang mengandung permohonan untuk bisa bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah, diantaranya adalah:

(1) Doa setelah usia 40 tahun,

وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."” (Qs. al-Ahqaf: 15)

 

(2) Doa Nabi Sulaiman

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."” (Qs. an-Naml: 19)

(3) Doa setelah Selesai Shalat

اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk bisa selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan baik.”  (HR. al-Bukhari  dari Mu’adz bin Jabal di dalam Adab al-Mufrad (690), Ahmad di dalam al-Musnad (7982), Abu Daud di dalam as-Sunan (1524), an-Nasai di dalam as-Sunan (1303). Hadist ini dishahihkan oleh al-Hakim di dalam al-Mustadrak (1/273) dan disetujui oleh adz-Dzahabi)

Hadits di atas dianjurkan untuk dibaca setiap selesai shalat. Ini ditunjukkan dari riwayat hadits yang panjang bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangan Mu’adz bin Jabal dan bersabda kepadanya,

“Wahai Mu’adz sesungguhnya aku mencintaimu, maka Mu’adz menjawab, ‘Ya Rasulullah dan saya demi Allah juga mencintaimu.’ Kemudian beliau bersabda kepadanya, “Wahai Mu’adz aku ingin berwasiat kepadamu agar engkau tidak meninggalkan setiap selesai shalat untuk berdoa:

اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

(4) Doa Memohon Kesyukuran

Dari Syadad bin Aus radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

“Jika manusia menyimpan emas dan perak, maka simpanlah doa-doa di bawah ini,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

‘Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan kemauan kuat untuk berbuat sesuatu yang benar, aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah dengan baik kepada-Mu, aku memohon kepada-Mu hati yang bersih dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau mengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu atas (dosa-dosaku) yang Engkau mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui yang ghaib’.” (Hadits Hasan. HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Hibban. Lafadz dari Ahmad)

 

***

Bekasi, 25 September 2021

KARYA TULIS