Karya Tulis
1101 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. Al-Fatihah: 1)


بسم الله الرحمن الرحيم

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

(Qs. Al-Fatihah: 1)

 

(1) Segala sesuatu yang tidak dimulai dengan Basmalah, maka putus keberkahannya. Ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya)

Di antara contohnya:

(a) Menyembelih binatang dengan tidak membaca Basmalah, maka dagingnya menjadi bangkai.

(b) Makan makanan denga tidak membaca Basmalah, maka syeitan dipastikan ikut makan di dalamnya.

(c) Berhubungan suami istri, jika tidak dimulia dengan berdoa meminta kepada Allah dari godaan syeitan, maka syetan ikiut berhubungan dengan pasangan suami istri tersebut.

(2) Membaca Basmalah boleh diganti dengan membaca Hamdalah karena yang penting adalah menyebut nama Allah di dalamnya. Di antara dalilnya adalah hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عن أبي هريرة، قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بحمد الله، فهو أقطع‏

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan memuji Allah maka ia terputus (dari rahmat dan keberkahan).” (HR. Ibnu Hibban di dalam Shahih Ibnu Hibban)  

Di antara contoh sesuatu yang dimulai dengan Hamdalah adalah: Khutbah Jum’at dan Khutbah Nikah. Para ulama menyebutkannya dengan Khutbah al-Hajjah (Khutbah ketika ada keperluan). Khutbah al-Hajjah ini pernah disampaikan Rasulullah ahalallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh sebagai berikut,

إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذبالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا من يهدي الله فلا مضل له ومن يضلل له فلا هادي له

Begitu juga beberapa surat dalam al-Qur'an dimulai dengan Hamdalah, seperti surat al-Fatihah, surat al-An’am, surat al-Kahfi, surat Fathir, dan lainnya.

(3) Basmalah, apakah termasuk dalam ayat al-Qur'an?

Jawabannya bahwa Basmalah termasuk dalam ayat al-Qur'an tepat pada firman Allah,

 إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya surat ini dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” (Qs. an-Naml: 30)

(4) Basmalah, apakah termasuk dalam surat al-Fatihah?

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini:

Pendapat Pertama: bahwa “Basmalah” termasuk dalam surat al-Fatihah, dan barang siapa shalat dan membaca al-Fatihah tanpa membaca Basmalah, maka al-Fatihah nya tidak sah, dan shalatnya pun tidak sah, karena al-Fatihah termasuk salah satu rukun shalat. Ini adalah pendapat madzhab asy-Syafi’i.

Pendapat Kedua:  bahwa “Basmalah” tidak termasuk dalam surat al-Fatihah. Basmalah hanya pemisah antara satu surat dengan surat lain, sebagaimana yang tertulis di surat-surat lain.

Ini adalah pendapat madzhab Malik, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qurtubi di dalam tafsirnya al-Jami’ Li Ahkami al-Qur'an.

Di antara dalil pendapat ini adalah :

(a) Hadist yang menyebutkan bahwa Allah berfirman “Saya jadikan shalat (yaitu al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Jika hambaku mengatakan, “Al-Hamdulillah,” Aku katakan, Hamba-ku telah memuji-Ku….dst”.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu al-Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.”

Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam.

Abu Hurairah berkata, “Bacalah al-Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: al-Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah), Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan “Ar-rahmanir-rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)”, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan “Maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)”, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)”, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan “Ihdiinash shirathal-mustaqiim, shirathalladzina an’amta ‘alaihim, ghairil magdhuubi ‘alaihim wa ladh-dhallin (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395).

Hadist di atas menunjukkan bahwa al-Fatihah dimulai dari (al-Hamdulillah). Seandainya al-Fatihah dimulai dari “Basmalah” maka Allah akan mengatakan “jika hamba-Ku mengucapkan Basmalah”.

(b) Hadist Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu

مِعْتُ قتادةَ يُحَدِّثُ عن أنسٍ قال : صلَّيْتُ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وأبي بكرٍ ، وعمرَ ، وعثمانَ ، فلم أَسْمَعْ أحدًا منهم يقرأُ بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ

“Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim.” (HR. Muslim 399)

Hadist di atas menunjukkan bahwa al-Fatihah dimulai dengan “Alhamdulillah”.

(c) Dalil secara logika, yaitu setiap yang mengingkari satu ayat dari al-Qur'an maka dia dihukum kafir, menurut kesepakatan ulama. Maka, jika benar bahwa Basmalah di awal al-Fatihah termasuk dalam surat al-Fatihah maka, para ulama akan menghukumi dia sebagai orang kafir, tetapi kenyataannya tidak. Bahkan mereka menganggapnya sebagai masalah khilafiyah (permasalahan yang masih diperselisihkan para ulama).

Dalil yang ketiga ini dianggap dalil yang paling kuat.

(5) Apa makna “Basmalah” di dalam kehidupan sehari-hari?

Basmalah maknanya bahwa seseorang sebelum melakukan segala sesuatu, dia ingat Allah dan akan bertanya kepada dirinya sendiri dengan beberapa pertanyaan:

(a) Apakah yang akan saya kerjakan ini, adalah perbuatan yang diridhai Allah? Perbuatan halal atau haram? Jika ini diridhai Allah, maka dia lanjutkan, namun jika tidak diridhai Allah, dia urungkan perbuatan tersebut.

Apakah niat untuk berbuat sesuatu ini karena mencari ridha Allah atau mencari pujian atau sanjungan dari manusia? Jika diniatkan karna Allah, dia akan lanjutkan, jika tidak, dia urungkan perbuatan tersebut.

Ini sesuai dengan firman Allah,

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

  “Mereka tidak-lah diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah secara ikhlas.” (Qs. al-Bayyinah: 5)

 

Membaca Basmalah juga berarti menyakini bahwa pekerjaan yang sedang dikerjakan tersebut akan diawasi Allah dan akan dimudahkan. Jika menemui kesulitan, itu hanyalah sebagai ujian agar seseorang lebih dekat dengan Allah. Di dalam sebuah doa disebutkan, 

اللهم لا سهل إلا ماجعلته سهلا و أنت تجعل الحزن إذا شئت سهلا

“Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau buat mudah, dan Engkau akan jadikan yang  susah, jika Engkau kehendaki akan mudah.”

Ini juga sesuai dengan hadist doa I’tidal dan doa sehabis shalat,

  اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجد

“Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak memberi faidah orang yang memiliki kekayaan, dari-Mu lah kekayaan itu”. (HR. al-Bukhari: 5855)

 

***

 

Ahmad Zain An-Najah, 20-22 November 2021

 

 

KARYA TULIS