Karya Tulis
2601 Hits

(Qs. Al-Baqarah: 2) Bab 2 - Al-Qur'an Petunjuk bagi Muttaqin


AL-QUR'AN SEBAGAI PETUNJUK BAGI MUTTAQIN


  ذَ ٰلِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدى لِّلۡمُتَّقِینَ

“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

(Qs. al-Baqarah: 2)

 

Firman-Nya,

هُدى لِّلۡمُتَّقِینَ

“Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”   

(1)  Al-Qur’an sebagai hidayah bagi orang-orang yang bertakwa.

Makna hidayah dan pembagiannya sudah dijelaskan di dalam tafsir surah al-Fatihah.

Hidayah dibagi menjadi dua, yaitu: (a) hidayatu al-irsyad atau hidayatu al-bayan dan (b) hidayatu at-taufiq.

Masing-masing akan diterangkan di bawah ini secara singkat;

(a) Hidayatu al-Irsyad atau Hidayatu al-Bayan atau al-Hidayah al-‘Amah adalah petunjuk menuju suatu jalan. Sebagai contoh, jika seseorang tersesat di jalan, dan tidak tahu ke mana harus melangkah, dia diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang mengetahui jalan. Orang yang mengetahui jalan dan mampu menunjukkan orang yang tersesat tersebut dikatakan orang yang bisa memberi petunjuk (Hidayatu al-Irsyad).

(b) Hidayatu at-Taufiq atau al-Hidayah al-Khassah adalah petunjuk dengan cara menggerakan hati seseorang agar dia berjalan pada jalan yang lurus, sebagaimana dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Hidayah dalam bentuk ini hanya dimiliki Allah saja, tidak satu pun dari manusia yang sanggup melakukannya, bahkan seorang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sekalipun tidak sanggup memberikan hidayah kepada pamannya Abu Thalib, sebagaimana firman Allah,  

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk (hidayah taufik) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk (hidayah taufik) kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Qs. al-Qashash: 56)

Adapun makna takwa dan muttaqin, yaitu:

Makna Pertama: Takwa secara bahasa adalah menjaga dan berhati-hati. Adapun secara istilah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib,

الخوف من الجليل و العمل بالتنزيل و الرضا بالقليل و الاستعداد ليوم الرحيل

“Takut kepada Allah Yang Maha Agung, mengamalkan al-Qur’an yang diturunkan, ridha dengan sesuatu yang sedikit, persiapan untuk hari kepergian (ke akhirat).” 

Makna Kedua: Takwa adalah wasiat Allah kepada Ahlul Kitab dan kepada umat Islam, sebagaimana firman- Nya:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh telah kami wasiatkan kepada Ahlul Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (Qs. an-Nisa’: 131 )

(2) Adapun maksud Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang bertakwa bahwa orang-orang bertakwa mampu mengambil manfaat dari Al-Qur’an diantaranya:

(a) Mereka membacanya sehingga mendapatkan pahala, setiap hurufnya 10 kali lipat pahala. Ini sesuai dengan hadist ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (al-Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAM MIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAM satu huruf dan MIM satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi, 2835)

(b) Mereka mentadaburi ayat-ayat al-Qur’an.

(c) Mereka mempelajari isinya.

(d) Mereka mengamalkannya.

(e) Mereka mendakwahkannya.

Dengan lima hal di atas, orang-orang muttaqin akan mendapatkan hidayah dari Al-Qur’an dan bertambah iman dan kekhusyu’an mereka.

Diantara dalil dari lima hal di atas adalah sebagai berikut:

(a) Allah berfirman,

وَأَنۡ أَتۡلُوَاْ ٱلۡقُرۡءَانَۖ فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَقُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ   

“Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” (Qs. an-Naml: 92)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Rasulullah diperintahkan untuk membaca al-Qur’an. Dan membaca al-Qur’an itu termasuk hidayah yang Allah berikan kepada para pembacanya.

(b) Allah juga berfirman,

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ   

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Qs. Shad: 29)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk diambil keberkahannya, untuk direnungka (ditadabburi) ayat-ayatnya serta untuk diambil pelajarannya oleh Ulul Albab (yaitu orang-orang yang bertakwa).

(c) Allah juga berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا  

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Qs. al-Isra’: 82)

Ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang beriman, sebaliknya menambah kerugian bagi orang-orang dzalim.

(d) Ini dikuatkan dengan firman Allah,

قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٞ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًىۚ أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۭ بَعِيدٖ  

“Katakanlah: "al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Qs. Fushshilat: 44)

 

***

Ahmad Zain An-Najah

KARYA TULIS