Karya Tulis
682 Hits

(Qs. Al-Baqarah: 8-9) Bab 9 - Bahaya Nifaq


 BAHAYA NIFAQ


وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ۞ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ ۞

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”

(Qs. Al-Baqarah: 8-9)

 

Firman-Nya,

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Qs. al-Baqarah: 8)

(1) Ini adalah golongan ketiga yang disebutkan Allah di awal surah al-Baqarah.

(a) Golongan orang yang bertakwa 5 ayat

(b) Golongan orang kafir 2 ayat

(c) Golongan orang munafik 13 ayat

Didahulukan menyebutkan orang-orang bertakwa karena merekalah yang paling mulia dan paling selamat dibanding dengan kelompok sesudahnya.

(2) Adapun arti nifaq secara bahasa berasal dari (نفق)  yang artinya lubang yang mempunyai dua pintu, pintu masuk dan pintu keluar.

Sebagian ulama memberikan permisalan nifaq seperti binatang (yarbu’) sejenis tikus padang pasir. Jika dia dikejar oleh binatang yang lebih besar darinya, maka ia masuk ke dalam lubang persembunyian yang dia buat. Dia masuk di satu pintu, kemudian keluar di pintu yang lain.

Demikian juga orang munafik, dia masuk ke dalam Islam lewat pintu depan, kemudian keluar dari Islam lewat pintu yang lain. Atau dikatakan bahwa orang munafik adalah orang yang menampakkan keislamannya tetapi dia menyembunyikan kekafirannya.

Sebagian ulama menyebut orang munafik adalah orang muslim di dunia, tetapi kafir di akhirat. Maksudnya dia dianggap oleh masyarakat sebagai orang muslim secara lahir. Dia menikah secara Islam, shalat berjama’ah di masjid, dikhitan, diberi nama Islam, seperti Ahmad, Musthafa, Abdullah, Ridwan, Mansur, dan lainnya. Membayar zakat, melaksanakan ibadah haji sebagaimana kaum muslimin lainnya. Bahkan jika meninggal dishalatkan, dan dikuburkan di perkuburan muslim.

Tetapi di akhirat, dia termasuk orang-orang kafir yang masuk neraka. Hal itu karena sebenarnya waktu di dunia, dia menyembunyikan kekafirannya di hadapan manusia.

(3) Firman-Nya (أمَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِر)  disebut beriman kepada Allah dan hari akhir. Ini merupakan ringkasan dari rukun iman yang enam. Karena beriman kepada Allah mencakup iman kepada Malaikat, Kitab, Rasul, Qadha dan Qadar-Nya. Adapun beriman kepada hari akhir disebut secara sendiri, karena kedudukannya yang sangat penting, terutama pengaruhnya bagi perbuatan manusia ketika hidup di dunia.

Sebagaimana telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebanyakan kejahatan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, akibat mereka tidak percaya kepada hari akhir.

Firman-Nya,

يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ  

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (Qs. al-Baqarah: 9)

(4) Orang-orang yang munafik “merasa” dapat menipu Allah (Rasulullah) dan orang-orang beriman dengan kepura-puraan  mereka menjadi orang beriman dana menjadikan kami beriman kepada Allah dan hari akhir.

Mereka mengira Rasulullah dan orang-orang beiman tidak tahu hakikat mereka yang sebenarnya. Padahal Rasulullah sering mendapatkan wahyu tentang keadaan orang-orang munafik. Bahkan sebagian sahabat, seperti Hudzaifah bin Yaman telah mengantongi nama-nama orang munafik sampai-sampai seorang Umar bin Al-Khattab, sahabat mulia bertanya kepada beliau, apakah namanya masuk dalam daftar orang-orang munafik.

Atas dasar itu, Hudzaifah bin Yaman disebut sebagai “Shahibu Sirri” (pemegang rahasia) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(5) Firman-Nya (وَمَا يَخۡدَعُونَ) orang-orang munafik tidak merasa bahwa sebenarnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Mereka tidak merasa kalau sebenarnya Rasulullah dan orang-orang beriman telah mengetahui hakikat mereka.

Itulah makna: mereka merasa bisa menipu Allah dan orang-orang beiman, padahal hakikatnya mereka menipu diri mereka sendiri.

 

***

 

Ahmad Zain An-Najah

KARYA TULIS