Karya Tulis
879 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. Al-Baqarah: 33-34) Bab 28 - Sujud kepada Manusia


SUJUD KEPADA MANUSIA


قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئۡهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡ قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَأَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا كُنتُمۡ تَكۡتُمُونَ . وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ  

“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

(Qs. al-Baqarah: 33-34)

 

(1) Keutamaan Ilmu

Ayat di atas menunjukkan atas keutamaan ilmu dan ulama, karena Allah perintahkan Nabi Adam untuk mengajarkan nama-nama kepada malaikat. Tujuannya agar malaikat mengetahui bahwa Nabi Adam lebih mengetahui tentang nama-nama sesuatu daripada malaikat.

Hal ini dikuatkan dengan hadits,

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ

“Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap para penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, 3641)

Maksudnya bahwa malaikat tawadhu’ dan hormat kepada para penuntut ilmu, apalagi kepada para ulama.

(2)   Nabi Lebih Utama dari Malaikat?

Sebagian ulama berpendapat bahwa Nabi lebih utama dari malaikat.

Mereka berdalil sebagai berikut:

(a) Firman Allah,

 قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئۡهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡ قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَأَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا كُنتُمۡ تَكۡتُمُونَ

“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"” (Qs. al-Baqarah: 33)

Nabi Adam diperintahkan untuk mengajarkan ilmu kepada malaikat. Ini menunjukkan keutamaan Nabi Adam atas malaikat.

(b) Firman Allah,

 وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ  

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Qs. al-Baqarah: 34)

Malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam, sebagai bentuk penghormatan.

(c) Firman Allah,

لَعَمۡرُكَ إِنَّهُمۡ لَفِي سَكۡرَتِهِمۡ يَعۡمَهُونَ   

“(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)".” (Qs. al-Hijr: 72)

(d) Sebagian berdalil bahwa manusia diberikan syahwat. Jika dia mampu menahan syahwatnya dan menjadi orang yang shalih, tentunya lebih utama dari malaikat yang memang tidak ada syahwat pada mereka, sehingga mereka kalau taat, sangatlah wajar.

Dan dalil-dalil lainnya.

(3) Sujud kepada Adam?

 وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ   

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Qs. al-Baqarah: 34)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam. Sujud di sini bukan sujud ibadah tetapi sujud penghormatan.

Sujud penghormatan ini dibolehkan pada waktu itu, bahkan sampai zaman Nabi Yusuf. Allah berfirman,

وَرَفَعَ أَبَوَيۡهِ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ وَخَرُّواْ لَهُۥ سُجَّدٗاۖ وَقَالَ يَٰٓأَبَتِ هَٰذَا تَأۡوِيلُ رُءۡيَٰيَ مِن قَبۡلُ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّي حَقّٗاۖ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِيٓ إِذۡ أَخۡرَجَنِي مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَآءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ إِخۡوَتِيٓۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٞ لِّمَا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ   

“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syetan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Yusuf: 100)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Ya’qub, istri dan kesebelas anaknya sujud kepada Nabi Yusuf sebagai penghormatan kepada-Nya. Inilah takwil mimpi 40 tahun lalu, ketika beliau berkata kepada bapaknya dalam firman Allah,

إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ   

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku".” (Qs. Yusuf: 4)

Adapun pada zaman Islam, kebolehan sujud penghormatan kepada sesama manusia sudah dihapus dan dilarang.

Di antara dalilnya adalah hadits Mu’adz bin Jabal bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ

“Seandainya aku bisa memerintahkan seseorang sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan wanita (istri) untuk sujud kepada suaminya, karena Allah telah menjadikan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri.” (HR. Abu Daud, 214; at-Tirmidzi, 1159; Ibnu Majah, 1852 dan Ahmad (4/381). al-Albani mengatakan bahwa Hadits ini Shahih.)

Sebagian ulama melarang seseorang ruku’ kepada orang lain walaupun itu bentuk penghormatan, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Jepang, karena ruku’ dan sujud adalah rukun shalat yang hanya ditujukan kepada Allah saja.

Kalau sekedar menganggukkan atau menundukkan sedikit tidak sampai posisi ruku’, maka hal itu masih dibolehkan.

 ***

 Admad Zain An-Najah

Jakarta, Sabtu, 25 Desember 2021

KARYA TULIS