Tafsir An-Najah (Qs.2: 151-154)Bab 80 - Syukur dan Sabar
SYUKUR DAN SABAR
كَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِيكُمۡ رَسُولٗا مِّنكُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمۡ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُون فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرين وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُون
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
( Qs. Al-Baqarah [ 2 ] : 151-154 )
1. Tugas Rasul
كَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِيكُمۡ رَسُولٗا مِّنكُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمۡ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” ( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 151 )
1) Ayat diatas sebagai terusan dari ayat sebelumnya bahwa nikmat pindahnya arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah seperti nikmat diutusnya Rasulullah kepada umat Islam. Kedua peristiwa itu merupakan karunia Allah yang sangat besar kepada umat Islam. Maka ayat berikutnya, umat Islam diperintahkan untuk mensyukuri nikmat ini dan dilarang mengkufurinya.
2) Rasul yang diutus adalah Rasul dari kalangan manusia bahkan dari kalangan “ummiyun” ( Yang tidak pandai membaca dan menulis ). Bukan dari kalangan Malaikat. Ini sebagai sanggahan untuk kaum musyrikin yang tidak mau beriman kepada Rasulullah Shallallallahu Alaihi wa Sallam hanya karena beliau dari kalangan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا مَنَعَ ٱلنَّاسَ أَن يُؤۡمِنُوٓاْ إِذۡ جَآءَهُمُ ٱلۡهُدَىٰٓ إِلَّآ أَن قَالُوٓاْ أَبَعَثَ ٱللَّهُ بَشَرٗا رَّسُولٗا
قُل لَّوۡ كَانَ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَلَٰٓئِكَةٞ يَمۡشُونَ مُطۡمَئِنِّينَ لَنَزَّلۡنَا عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَلَكٗا رَّسُولٗا
“Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepadanya, selain perkataan mereka, “Mengapa Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul? Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul .”
( Qs. al-Isra’ [ 17 ] : 94-95 ).
3) Tugas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ada tiga :
a) Membacakan Ayat-ayat yang membimbing kepada kebenaran yang menunjukkan keagungan Allah dan kekuasaan-Nya. Ayat-ayat yang jika seseorang mendengarnya akan bergetar hatinya dan bertambah imannya. Tidak sedikit dari orang-orang kafir yang masuk Islam karena mendengar ayat-ayat tersebut di baca.
b) Mensucikan dan membersihkan hati mereka dari kotoran hati seperti, syirik, dendam, iri, dengki, riya, sombong, cinta dunia, dan kotoran -kotoran hati lainnya.
c) Mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan hikmah ( sunnah ) serta mengajarkan hal-hal yang sebenarnya mereka tidak mengetahuinya tentang hal-hal yang ghaib, kisah para nabi, keadaan umat –umat terdahulu di musnahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang hari kiamat, azab kubur dan keadaan manusia di akhirat.
2. Mensyukuri Nikmat
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُون
“Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”
( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 152 )
Ayat diatas mengandung tiga perintah :
1) Untuk selalu mengingat Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Imam An-Nawawi dalam kitab “Al-Adzkar” juga menyebutkan hal yang sama bahwa dzikir tidak terbatas mengucapkan pujian kepada Allah dengan dzikir-dzikir yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tetapi termasuk dzikir adalah menjalankan seluruh ketaatan yang di perintahkan Allah.
Berkata Sa’id bin Jubair, maksud ayat diatas adalah “ ingatlah aku dengan ketaatan, maka aku ingat kalian dengan pemberian pahala dan ampunan.” Beliau juga berkata, “dzikir itu dengan ketaatan kepada Allah, barang siapa yang tidak mentaati-Nya dianggap belum berdzikir, walaupun dia banyak bertasbih, bertahlil dan membaca Al-Quran.
2) Untuk selalu mensyukuri nikmat Allah berupa rasa syukur adalah meyakini kebaikan orang lain, dan sering membicarakannya. Syukur disini mencakup syukur terhadap nikmat pemindahan kiblat dan nikmat diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Nikmat yang paling besar yang wajib di syukuri adalah nikmat Islam dan Iman, sebagaimana firman-Nya,
حُرِّمَتۡ عَلَيۡكُمُ ٱلۡمَيۡتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحۡمُ ٱلۡخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيۡرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلۡمُنۡخَنِقَةُ وَٱلۡمَوۡقُوذَةُ وَٱلۡمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيۡتُمۡ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسۡتَقۡسِمُواْ بِٱلۡأَزۡلَٰمِۚ ذَٰلِكُمۡ فِسۡقٌۗ ٱلۡيَوۡمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِۚ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ فَمَنِ ٱضۡطُرَّ فِي مَخۡمَصَةٍ غَيۡرَ مُتَجَانِفٖ لِّإِثۡمٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
( Qs. al-Maidah [ 5 ] : 3 )
3) Larangan Mengkufuri Nikmat Allah.
Lawan dari syukur adalah kufur. Kufur ada dua macam :
a) Kufur terhadap nikmat Islam maka ini mengeluarkan seseorang dari Agama Islam menjadi kafir ( murtad ). Arti kufur adalah menutupi. Disini berarti menutupi kebenaran Islam.
b) Kufur nikmat, ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam, tetapi termasuk dosa besar. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” ( Qs. Ibrahim [ 14 ] : 34)
Juga dikuatkan di dalam firman-Nya,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
( Qs. Ibrahim [ 14 ] : 7 )
3. Sabar Dan Shalat
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِين
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 153 )
Beberapa pelajaran dari ayat diatas :
1) keterangan dari ayat ini sudah dibahas pada ayat 45 dari Surah Al-Baqarah. Perbedaan dengan ayat ini bahwa pada ayat ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya tentang nikmat pemindahan kiblat. Biasanya setelah nikmat ada ujian. Dengan nikmat kita diperintahkan untuk bersyukur dan dengan ujian atau musibah kita diperintahkan untuk bersabar.
Ini sesuai dengan Hadist , Dari Shuhaib ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim, no. 2999)
2) Ada tiga tingkatan kesabaran,
a) Sabar didalam ketaatan kepada Allah, ini tingkatan yang paling tinggi.
b) Sabar untuk tidak melakukan maksiat, ini tingkatan sabar kedua.
c) Sabar dalam mengahadapi musibah, ini tingkatan yang paling rendah.
3) Adapun shalat, di riwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika menghadap suatu masalah, maka beliau mengerjakan shalat. ( HR, Ahmad dan An-Nasai )
4. Orang Mati Syahid Masih Hidup
وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 154)
1) Sebab turunnya ayat diatas .
Berkenaan dengan kaum muslimin yang gugur dalam perang badar. Delapan orang dari kaum Anshar dan enam orang dari kaum Muhajirin . dahulu orang-orang sering berkata “ Fulan sudah mati dan kini tidak bisa menikmati kesenangan dunia.” Maka turunlah ayat ini.
2) orang-orang yang mati di jalan Allah adalah orang-orang yang berperang menegakkan Islam melawan orang-orang kafir, kemudian terbunuh didalamnya. Niatnya untuk menegakkan kalimat Allah, bukan untuk dikatakan pemberani atau di puji orang. Seperti inilah yag dimaksud pada ayat diatas. Dia sebenarnya tidak mati tetapi hidup mendapatkan rezeki Allah
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ۞ يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِين
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki, Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman,”
( Qs. Ali-Imran [ 3 ] : 169-171 )
Di dalam suatu Hadist Shahih disebutkann “ Ruh para syuhada berada di sisi Allah dalam perut burung berwarna hijau yang terbang di Surga kemana saja dia kehendaki. Kemudian dia kembali ke pelita-pelita yang di gantung dibawah Arsy.” ( HR. Muslim )
Ini dikuatkan dengan Hadist lain ,
“Ruh orang Mukmin itu berwujud burung yang hinggap di pohon Surga, hingga Allah mengembalikannya pada jasadnya pada hari ia di bangkitkan.”
( HR. Ahmad )
Wallahu A’lam
****
Jakarta, Ahad 23 Januari 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »