Karya Tulis
488 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:140-142) Bab ke-177 Hari Bergilir


 

Hari Bergilir

اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ

“Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim,”

(QS. Ali-Imran [3]: 140)

 

Pertama : Perjuangan dan Pengorbanan.

1)      Rasyid bin Sa’ad berkata, “Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali dari peperangan Uhud dalam keadaan muram dan sedih, ada seorang perempuan yang datang membawa suami dan putranya yang terbunuh sambil menampar-nampar dirinya sendiri. lalu Rasulullah berkata, ‘ Apakah seprerti ini Raul-Mu diperlakukan?’ Lalu Allah menurunkan ayat ini.

2)      Ayat ini membuat perbandingan antara pasuka Islam dengan pasukan musuh dalam Perang Uhud. Jika pasukan Islam terkena luka, maka pasukan musuh terkena luka, tidak ada bedanya. perjuangan memang perlu pengorbanan, baik yang diperjuangkan itu kebenanran tau kebatilan. Itulah sunnatullah di dalam kehidupan  manusia. Tidak ada makan siang gratis. Jika keadaannnya demikian, maka tidak perlu merasa lemah dan sedih.

 

Kedua : Hari Bergilir.

وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسۚ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran),”

Ayat di atas mencakup hal-hal di bawah ini.

1)      Dalam peperangan antara kaum muslimin dengan kaum kafirin, kemenangan dan kekalahan akan digilir oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kadang kemenagan di tangan kaum muslimin sebagaimana dalam Perang Badar, tetapi di lain waktu kemenangan di tangan kaum kafirin sebagaimana dalam Perang Uhud. Hal itu krena kemaksiatan yang dilakukan kaum muslimin.

2)      Manusia dalam hidup ini berubah-ubah keadaannya, kadang dia gembira, di lain waktu kadang dia sedih,. Kadang dia sehat, di lain waktu dia sakit. Kadang dia kaya, di lain waktu dia miskin.hal ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍۗ

“Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (QS. Al-Insyiqaq [84]: 19)

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manussia akan menjalani hidupnya setahp demi setahap,berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain.

 

Ketiga : 4 Hikmah Pergiliran Hari.

 

Hikmah (1)

 

وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا

“dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)”

 

1)      Maksudnya bahwa pergiliran antara menang dan kalah, senang dan sedih, sehat dan sakit, serta kaya dan miskin. Bertujuan untuk mengetahui siapa yang benar imannya, dn siapa yang munafik. Siapa beriman dan siapa yang kafir.

2)      Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

الۤمّۤ ۗ

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

“Alif Lam Mim. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?’” (QS. Al-Ankabut [29]: 1-3)

 

Hikmah (2) :

 

وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ

“dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.”

 

1)      Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata, “ Tatkala kaum wanita muslimah sudah menunggu lama datangny berita tentang Perang Uhud yang belum kunjung datang kepada mereka. Maka mereka pergi keluar untuk mencari berita tentang Perang Uhud. Lalu ketika itu, ada dua laki-laki datang sambil mengendarai unta. Kemudian seorang wanita bertanya, ‘ Bagaimana keadaan Rasulullah?’lalu mereka menjawab, ‘ Beliau masih hidup.’ Kemudian wanita tadi berkata, ‘ kalau begitu, saya tidak peduli lagi siapa-siapa dari hamba Allah yang dia pilih sebagai para syuhada.’ Lalu turunlah akhir dari ayat ini. ‘Wayattakhidza minkum syuhadaa.’”

 

2)      Salah satu tujuan bererang adalah mencari mati syahid. Inilah cita-cita orang-orang beriman, mati dalam keadaan syahid. Umar bin Al-Khattab ernah bercita-cita mati syahid dengan berdoa keada Allah, “Ya Allah berikan kepadaku kematian sahid di Madinah ( kota) Nabi-Mu.” Doa tersebut dikabulkan oleh Allah dengan terbunuhnya beliau pada wkatu salat subuh, ditikam oleh orang kafir penyembah api, yaitu Abu Lu’lu Al-Majusi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ هَلْ تَرَبَّصُوْنَ بِنَآ اِلَّآ اِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِۗ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ اَنْ يُّصِيْبَكُمُ اللّٰهُ بِعَذَابٍ مِّنْ عِنْدِهٖٓ اَوْ بِاَيْدِيْنَاۖ فَتَرَبَّصُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ مُّتَرَبِّصُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan azab kepadamu dari sisi-Nya, atau (azab) melalui tangan kami. Maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.’” (QS. At-Taubah [9]: 52)

Ayat ini menunjukkan bahwa cita-cita kaum muslimin dalam berperang adalah salah satu dari dua kebaikan yaitu, menang atau mati syahid.

 

3)      Mengapa orang yang terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir atau orang yang dibunuh orang kafir karena agamanya disebut “Syahid”?

a)      Agar menjadi saksi atas manusia terhada amal-amal mereka.

b)      Karena ia disaksikan akan masuk surga.

c)      Karena arwah mereka sampai ke surga Darussalam dan mereka tetap hidup disisi Rabb mereka. Sedang ruh selain mereka tidak bisa mencapai surga.

d)      Malaikat menghadiri kematiannya.

e)      Karena dia hadir menyaksikan di dalam surga.

 

4)      Siapa yang mati syahid pada Perang Uhud ? mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, Al-Yaman, An-Nadr bin Anas, dan Musab bin Umair.

a)      Berkata Al-Qatadah, “ kami tidak mengetahui komunitas orang-orang Arab yang paling banyak mati syahid dan mulia di hari kiamat daripada kaum Anshar.

b)      Qatadah meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Orang-orang Anshar yang mati syahid pada Perang Uhud berjumlah 70 orang. Pada peristiwa Sumur Maunah berjumlah 70 orang. Serta pada peristiwa Perang Yamamah ( Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq) berjumlah 70 orang juga.

c)      Peristiwa Bi’ru Maunah ( Sumur Maunah) adalah peristiwa yang menimpa 70 orang Anshar yang dikirim Nabi sebagai para da’i di pedalaman suku-suku Arab. Mereka dibunuh di tengah jalan dekat sumur maunah oleh suku Dzakwan Usayyah, Ri’lan dan Lihyan.Dalam peristiwa tersebut Rasulullah memanjatkan doa Qunut dalam salat subuh. Mendoakan kehancuran bagi 4 suku di atas.

Dalam riwayat lain memanjatkan doa Qunut Nazilah dalam salat 5 waktu. Mendoakan kehncurn mereka selama satu bulan.

5)      Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan pada Perang Uhud, naik di atas bukit dan berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar, “Kita telah imgang, roda kehidupan berputar dan peperangan telah berimbang.” Lalu Umar menjawab, “ Tidak sama diantara kita, tentara kami yang terbunuh tempat mereka adalah surga, sedangkan tentara kalian yang terbunuh tempatnya di neraka.” Abu Sufyan berkaata, “ Kalau begitu kami telah gagal dan rugi.”

 

وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ

“dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.” (QS. Ali-Imran [3]: 141)

 

Hikmah (3) :

وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا

“dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka)”

 

1)      Ketika Allah menguji mereka dengan peperangan, sebagian terkena luka, sebagian kehilangan keluarganya, sebagian mati syahid. Itu semua untuk membersihkn mereka dari dosa-dosa mereka.

2)      Ini mirip dengan ujian Allah kepada orang beriman dengan rasa sakit, maka Rasulullah mendoakan kepada orang yang sakit dengan doa,

 

لا بأس طهور إن شاء الله

 

“ Tidak apa-apa, semoga sakit ini menjadi pembersih dosa, InsyaaAllah.”

 

3)      Jadi semua musibah yang menimpa umat Islam, jika disikapi dengan sabar dan selalu berhusnudzan kepada Allah, maka musibah tersebut menjadi amal salih atau penghapus dosa. Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مَا كَانَ لِاَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ اَنْ يَّتَخَلَّفُوْا عَنْ رَّسُوْلِ اللّٰهِ وَلَا يَرْغَبُوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَنْ نَّفْسِهٖۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ لَا يُصِيْبُهُمْ ظَمَاٌ وَّلَا نَصَبٌ وَّلَا مَخْمَصَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَطَـُٔوْنَ مَوْطِئًا يَّغِيْظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهٖ عَمَلٌ صَالِحٌۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada (mencintai) diri Rasul. Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,” (QS. At-Taubah [9]: 120)

Ayat di atas menjelaskan bahwa ketika kaum muslimin ditimppa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jaalan Allah, jadikan semua itu sebagai amal salih yang tidak disia-siakan.

 

Hikmah (4) :

وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ

“dan membinasakan orang-orang kafir.”

 

1)   Orang-orang kafir yang dibinasakan disini adalah orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin dalam Perang Uhud dan perang-perang lainnya. Adapun orang-orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, mereka bisa hidup berdampingan dengan kaum muslimin, saling membantu dan meolong dalam masalah-masalah keduniaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8)

Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada larangan untuk berbuat adil dan baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi umat Islam.

 

2)      Tujuan membinasakan orang-orang kafir yang memerangi Islam adalah agar agama hanya milik Allah saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَقَاتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهٗ لِلّٰهِۚ فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal [8]: 39)

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan memerangi orang-orang kafir adalah menghilangkan fitnah ( kesyirikan) dari muka bumi ini dan agar agama hanya milik Allah, yaitu manusia hanya menyembah Allah saja.

 

Keempat : Jalan Menuju Surga.

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

(QS. Ali-Imran [3]: 142)

 

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang Perang Uhud dan musibah kekalahan yang menimpa pasukan Islam, pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa untuk mencapai surga harus melalui perjuangan dan kesabaran. Seakan menjelaskan bahwa apa yang menimpa kaum muslimin dalam Perang Uhud seperti luka-luka, mati syahid dan kekalahan adalah jalan menuju surga.

 

2)      Ayat ini miri dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”(QS. Al-Baqarah [2]: 214)

Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu jalan menuju surga adalah sabar ketika diuji oleh Allah dengan kemelaratan, enderitaan dan guncangan dari berbagai ujian.

 

3)      Ayat di atas juga menunjukkan bahwa berjihad dan berjuang menegakkan kaliamt Allah dan panji-panji Islam memerlukan kesabaran. Hal ini karena jalan perjuangan tersebut penuh dengan ujian dan cobaan, baik secara fisik dan non fisik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 214 di atas.

 

****

 

Jakarta, Sabtu, 2 April 2022.

KARYA TULIS