Karya Tulis
490 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 153) Bab ke-183 Ketika Dirudung Kesedihan


 

Ketika Dirudung Kesedihan

 اِذْ تُصْعِدُوْنَ وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ فَاَثَابَكُمْ غَمًّا ۢبِغَمٍّ لِّكَيْلَا تَحْزَنُوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ اَصَابَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٥٣

“(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedangkan Rasul (Muhammad) memanggilmu dari belakang. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan) agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 153)

 

Pertama: 3 Kesalahan yang dimaafkan

Pada ayat sebelumnya, disebutkan bahwa Allah سبحانه و تعالى memberi maaf kepada kaum muslimin. Apa kesalahan yang dilakukan kaum muslimin? Pada ayat ini dijelaskan sekilas tentang kesalahan kaum muslimin dalam perang Uhud, agar mereka selalu mengingatnya untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut di masa mendatang.

 

1)      Tiga kesalahan yang dimaafkan

 اِذْ تُصْعِدُوْنَ وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ

“(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedangkan Rasul (Muhammad) memanggilmu dari belakang.”

Dari ayat diatas, disimpulkan bahwa ada tiga kesalahan yang dilakukan kaum muslimin:

 

Kesalahan (1): Lari dari medan perang

اِذْ تُصْعِدُوْنَ

a)       Kata (الإصِعَا دُ) artinya berjalan di atas tanah yang datar atau lembah. Sedangkan kata (الإصِعَا دُ) artinya berjalan menuju dataran tinggi dan gunung, atau menaiki tangga.

 

b)      Maka (تُصْعِدُوْنَ) bisa diartikan kedua-duanya, yaitu sebagian kaum muslimin lari ke kota Madinah melewati jalur datar, sebagian turun ke lembah dan sebagian menaiki bukit. Semua itu untuk melarikan diri dari musuh.

 

Kesalahan (2): Tidak menoleh sedikitpun

وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ

a)      Kaum muslimin yang lari dari medan perang, mereka lari dalam keadaan takut. Sehingga tidak terpikir untuk menoleh sedikitpun kepada siapapun juga, yang terpenting hanya dirinya selamat. Ini untuk menggambarkan seperti apa takutnya mereka dan betapa mencekamnya suasana pada waktu itu.

 

b)      Dalam Al-Qur’an disebutkan kisah Nabi Luth yang diperintahkan Allah untuk keluar dari kota Sodom sebelum shubuh dan dilarang menoleh ketika mereka sedang berjalan keluar.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَاتَّبِعْ اَدْبَارَهُمْ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ وَّامْضُوْا حَيْثُ تُؤْمَرُوْنَ ٦٥

“Maka, pergilah pada akhir malam beserta keluargamu dan ikutilah mereka dari belakang. Jangan seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu.” (QS.Al-Hijr [15]: 65)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ ٨١

“Mereka (para malaikat) berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan dibinasakan). Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam (dini hari) dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu (janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran) mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS. Hud [11]: 81)

 

 

Kesalahan (3): Tidak memperdulikan ketika Rasulullah  memanggil mereka

وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ

a)      Terdapat dua penafsiran pada ayat diatas

 

1)       Rasulullah ﷺ  berada bersama beberapa sahabat lain yang berada di belakang memanggil-manggil orang-orang yang melarikan diri.

2)      Rasulullah ﷺ berada dibelakang orang-orang yang lain sambil memanggil-manggil mereka.

b)      Al-Bara’ bin Azib رضي الله عنه berkata, ‘’Waktu itu jumlah pasukan (sahabat) yang tetap bertahan bersama Rasulullah ﷺ hanya 12 orang.’’

c)      Ibnu Abbas رضي الله عنهberkata, ‘’Seruan Nabi Muhammad ﷺ waktu itu adalah, ‘’Wahai para hamba Allah kembalilah kalian.’’

d)       Dalam perang Uhud, wajah Rasulullah ﷺ terluka, yang melukai pipinya adalah Ibnu Qami’ah, sedangkan yang merobek bibir dan mematahkan gigi serinya adalah Utbah bin Abi Waqqash.

 

Diriwayatkan bahwa Fatimah membersihkan darah beliau. Sementara itu Ali bin Abi Thalib yang menyiramkan air dari bejana. Ternyata air tersebut hanya menambah darah semakin banyak mengucur. Maka Fathimah segera mengambil sehelai tikar dan membakarnya hingga menjadi abu, dan menabur abu tersebut pada luka beliau sehingga darahnya berhenti mengalir.

 

 

Kedua: Pahala dibalik musibah

فَاَثَابَكُمْ غَمًّا ۢبِغَمٍّ

“Oleh karena itu, Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan”

1)      Kata (فَاَثَابَكُمْ) artinya ‘’Allah memberikan ganjaran kepada kalian’’

Kata (ثَوَا بُ) biasanya diartikan pahala atau ganjaran yang positif, padahal yang diberikan adalah musibah atau malapetaka. Hal ini untuk memberikan isyaratو

 

a)      Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala masih sayang kepada mereka yang berbuat salah.

b)      Selain itu musibah yang mereka dapatkan sebenarnya mengandung banyak hikmah bagi kehidupan mereka di masa mendatang.

c)      Juga kalau mereka mau menerimanya dengan sabar dan ridha, maka akan berubah menjadi pahala.

Di dalam hadits Ummu Salamah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepadanya doa ketika tertimpa musibah,

Hadits di atas menunjukan bahwa di dalam setiap musibah terdapat pahala yang mengalir.

 

2)      Kata (الغَمَّ) artinya secara bahasa adalah tertutup. Di dalam hadits tentang Rukyah Hilal (melihat bulan) Ramadhan atau bulan Syawal disebutkan,

فإن غُمَّ عليكم 

“Jika (bulan) tetutup oleh awan”

Di dalam Al-Qur’an disebutkan,

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ ٥٧

“Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa, Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 57)

 

Kata (الغَم) dalam ayat ini  diartikan kesedihan, karena kesedihan menutupi hati seseorang dan nampak tandacpada wajahnya.

 

Di dalam ayat ini disebutkan Doa kesedihan (غَمًّا ۢبِغَمٍّ)

 

a)      Kesedihan pertama adalah luka dan gugur atau kehilangan harta rampasan perang.

b)      Kesedihan kedua adalah isu kematian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kekalahan dalam perang.

 

Ketiga: Supaya tidak sedih

لِّكَيْلَا تَحْزَنُوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ اَصَابَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

1)      Ayat ini lanjutan dari ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa Allah telah memaafkan kesalahan kaum muslimin dalam perang Uhud. Yaitu firman-Nya,

وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ

            “ Dan Allah telah memaafkan kalian”

Ketika Allah telah memaafkan, maka yang diingat kaum muslimin adalah dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Dengan demikian, mereka tidak terlalu sedih dengan musibah yang menimpa mereka.

 

2)      Adapun yang dimaksud dengan

a)      Yang luput dari kalian

مَا فَاتَكُمْ

adalah kemenangan dan harta rampasan perang

b)      Yang menimpa kalian

مَآ اَصَابَكُمْ

adalah kekalahan, terbunuh 70 orang, luka-luka dan sejenisnya.

 

3)      Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kesedihan seseorang akibat 2 hal

a)      Sesuatu yang luput dari harapannya

b)      Sesuatu yang tidak disenangi menimpa dirinya

Sebaliknya yang menggembirakan seseorang karena 2 hal juga

a)      Mendapatkan sesuatu yang diinginkan

b)      Terhindar dari sesuatu yang dikhawatirkan

 

Keempat: Mengelola Hati

Bagaimana mengelola hati supaya tidak terlalu sedih dengan dua hal dan tidak terlalu gembira dengan dua hal diatas?

Jawabannya: Terdapat beberapa cara untuk bisa mewujudkan hal itu .

1)      Meyakini bahwa apa yang terjadi telahh ditetapkan oleh Allah di dalam kitab ‘Lauhul Mahfudz’ semenjak 50.000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi. Sebagaimana di dalam firman-Nya,

 

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ٢٣

 

“Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah. (Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Al-Hadid [57]: 22-23)

 

Ayat diatas menunjukan bahwa beriman kepada takdir Allah secara benar menjadikan seseorang tidak sedih dengan yang luput dan tidak bangga dengan  apa yang di dapat karena semua sudah ditentukan Allah.

 

2)      Menggangap bahwa yang di dapat dari yang luput, semuanya sebagai ujian. Untuk mengetahui siapa yang pandai bersyukur dengan nikmat dan siapa yang sabar dengan musibah.

a)      Nabi Sulaiman Alaihissalam ketika diberi nikmat ilmu dan kerajaan, ia bersyukur kepada Allah, sebagaimana di dalam firman-Nya,

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ عِلْمًاۗ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ ١٥

“Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman. Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami daripada kebanyakan hamba-hamba-Nya yang mukmin.” (QS. An-Naml [27]: 15)

b)      Begitu juga ketika bisa memindahkan singgasana Ratu Bilqis dalam sekejap mata. Sebagaimana di dalam firman-Nya,

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ٤٠

Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci550) berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS. An-Naml [27]: 40)

 

c)      Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang yang sabar ketika terkena musibah,

3)      Meyakini bahwa setelah musibah akan muncul kenikmatan dan setiap kesulitan akan muncul kemudahan.

 

a)      Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥  اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦

“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.” (QS. ASy-Syarh [94]: 5-6)

 

b)      Begitu juga setelah kekalahan dalam perang Uhud, kaum muslimin diberikan Allah kemenangan-kemenangan gemilang dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala dan selama terdapat sahabat yang pernah ikut dalam perang Uhud. 

***

Jakarta, Selasa 4 April 2022

 

 

KARYA TULIS