Karya Tulis
531 Hits

Bab 15 Air Mata Buaya


وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ قَالُوا يَاأَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ

 

“Kemudian mereka datang kepada bapak mereka di sore hari sambil menangis.” Mereka berkata: "Wahai bapak kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar".”

(Qs. Yusuf: 16-17)

 

Pelajaran dari ayat di atas

 

Pelajaran (1) Menangis di Waktu Malam

 

Setelah mereka menyingkirkan Yusuf, maka langkah kedua yang mereka lakukan adalah melobi bapaknya dengan dua bentuk pendekatan sebagaimana yang disebutkan pada ayat di atas.

 

Bentuk Pertama; dengan melakukan  aksi dan memilih waktu yang tepat, yaitu malam hari. Ini disebutkan dalam firman-Nya,  

 

وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ

 

“Kemudian mereka datang kepada bapak mereka di petang hari sambil menangis.”

 

Dua aksi yang mereka lakukan adalah sebagai berikut;

 

Aksi Pertama; Mendatangi bapak mereka pada waktu malam. Kenapa malam hari? Mereka mempertimbangkan dua hal;

 

(1) Mengesankan bahwa mereka benar-benar merasa kehilangan  Yusuf, dan berusaha menyelamatkannya dari ancaman serigala, maka mereka datang pada malam hari, seakan-akan mereka tidak sempat datang di siang hari karena sibuk mengurusi Yusuf. Ini dikuatkan dengan kebiasaan serigala yang keluar untuk mencari mangsa di malam hari. Jika mereka datang pada siang hari tentunya akan menimbulkan kecurigaan bapak mereka.

(2) Nabi Ya’kub diperkirakan sudah lelah, sehingga tidak terlalu fokus ketika mendengar cerita tentang hilangnya Yusuf.

 

Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya (9/96),

 

وَإِنَّمَا جَاءُوا عِشَاء لِيَكُونُوا أَقْدَر عَلَى الِاعْتِذَار فِي الظُّلْمَة , وَلِذَا قِيلَ : لَا تَطْلُب الْحَاجَة بِاللَّيْلِ , فَإِنَّ الْحَيَاء فِي الْعَيْنَيْنِ , وَلَا تَعْتَذِر بِالنَّهَارِ مِنْ ذَنْب فَتَتَلَجْلَج فِي الِاعْتِذَار

 

“Mereka sengaja datang pada malam hari, agar alasan mereka lebih diterima. Dahulu dikatakan: ‘Janganlah meminta sesuatu pada malam hari, karena malu itu terdapat pada kedua mata. Dan jangan memberikan alasan dari kesalahan pada siang hari, karena anda akan terbata-bata dalam menyebutnya’.”

 

Aksi Kedua: Mereka menangis, agar terkesan bahwa mereka sangat sedih dan terpukul dengan hilang atau matinya Yusuf. Tangisan ini sering disebut dengan ‘Air Mata Buaya’. Air matanya para politikus ketika berada di depan kamera dan di hadapan masyarakat, terkesan bahwa mereka simpati dan sedih memikirkan masyarakat.

 

Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya (9/96),

 

قَالَ عُلَمَاؤُنَا : هَذِهِ الْآيَة دَلِيل عَلَى أَنَّ بُكَاء الْمَرْء لَا يَدُلّ عَلَى صِدْق مَقَاله , لِاحْتِمَالِ أَنْ يَكُون تَصَنُّعًا ; فَمِنْ الْخَلْق مَنْ يَقْدِر عَلَى ذَلِكَ , وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يَقْدِر .

 

”Berkata para ulama kami: “Ayat ini menunjukkan bahwa tangisan seseorang tidaklah menunjukkan kebenaran perkataannya, karena ada kemungkinan hal itu dibuat-buat. Sebagian manusia bisa melakukan itu, sedang sebagian lain tidak mampu melakukannya”.”

 

Salah satu ahli hikmah mengatakan,

 

إِذَا اِشْتَبَكَتْ دُمُوع فِي خُدُود ... تَبَيَّنَ مَنْ بَكَى مِمَّنْ تَبَاكَى

 

“Jika air mata membasahi pipi  maka akan terlihat siapa yang menangis dan siapa yang pura-pura menangis.” 

 

Pelajaran (2) Mencari Seribu Alasan

 

Bentuk Kedua; dengan pendekatan verbal, atau bicara langsung dengan bapak mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

 

قَالُوا يَاأَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ

 

“Mereka berkata: "Wahai bapak kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar".” (Qs. Yusuf: 17)

 

Bentuk pendekatan verbal diwujudkan dalam lima hal, yang terbagi dua:

 

Pertama: Defensif (Pembelaan Diri)

 

(1) “Wahai bapak kami” mengesankan bahwa mereka sangat dekat dengan bapak dan mereka sangat sayang kepadanya.

 

(2) “Kami pergi untuk berlomba mengesankan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang aktif dan rukun dengan perlombaan yang mereka buat.

 

Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya (9/96),

 

قَالَ اِبْن الْعَرَبِيّ : الْمُسَابَقَة شِرْعَة فِي الشَّرِيعَة , وَخَصْلَة بَدِيعَة , وَعَوْن عَلَى الْحَرْب ; وَقَدْ فَعَلَهَا صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْسِهِ وَبِخَيْلِهِ , وَسَابَقَ عَائِشَة رَضِيَ اللَّه عَنْهَا عَلَى قَدَمَيْهِ فَسَبَقَهَا ; فَلَمَّا كَبُرَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَابَقَهَا فَسَبَقَتْهُ ; فَقَالَ لَهَا : هَذِهِ بِتِلْكَ

“Berkata Ibnu al-’Arabi: “Perlombaan adalah syiar di dalam syariah, kegiatan yang bagus, banyak membantu di dalam peperangan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melakukannya sendiri bahkan dengan kudanya. Beliau juga pernah berlomba jalan kaki dengan Aisyah radhiyallahu 'anha, dan menang. Tetapi ketika beliau sudah lanjut usia, kemudian mengadakan lomba lagi dengan Aisyah, maka Aisyahlah yang menang. Dan beliau bersabda: “Yang ini sebagai pengganti yang dulu”.”

 

(3) “Kami tinggalkan Yusuf dekat dengan barang-barang kami mempunyai dua makna; (a) mereka meninggalkan Yusuf dekat dengan barang-barang mereka, untuk menunjukkan bahwa bahwa mereka sangat perhatian dengan nasib Yusuf, karena tidak dibiarkan bermain jauh dari mereka. (b). mereka selalu menjaga Yusuf dan khawatir akan kehilangan dirinya, sebagaimana mereka sangat menjaga barang-barang mereka.  

 

(4) “Maka tiba-tiba serigala menerkamnya mengesankan bahwa kejadian ini di luar kemampuan mereka. Karena mereka sudah menjaga Yusuf semaksimal mungkin, tapi apa daya, semua atas kehendak Allah.

 

Kedua: Offensif (Menyerang Lawan Bicara)

 

(5) “Engkau tidak akan percaya kepada kami, walaupun kami adalah orang-orang yang jujur” mengesankan bahwa bapaknya adalah orang yang tidak mau mempercayai anak-anak mereka, walaupun mereka adalah orang-orang jujur. Terkesan menyerang dan menyalahkan bapak mereka, sekaligus membela diri mereka. 

KARYA TULIS