Karya Tulis
876 Hits

(Qs. Al-Baqarah: 21-22) Bab 17 - Beribadah kepada Sang Pencipta


BERIBADAH KEPADA SANG PENCIPTA


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ۞ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ۞

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” 

(Qs. al-Baqarah: 21-22)

  

(1)   Makna Ibadah

Makna ibadah sudah dijelaskan dalam tafsir surah Al-Fatihah ketika menerangkan firman Allah,

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

yang artinya sebagai berikut:

Ibadah secara bahasa adalah tunduk dan pasrah. Adapun secara Istilah adalah sebuah istilah yang mencakup setiap apa yang diridhai Allah dan dicintai-Nya dari perkataan dan perbuatan lahir maupun batin.

Jadi, ibadah tidak terbatas pada ibadah mahdhah saja, seperti shalat, dzikir, doa, membaca al-Qur'an dan sejenisnya. Tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

(2)   Tugas Utama Manusia

Manusia ketika dilahirkan di dunia ini, tugas pertamanya adalah mengenal Allah, Sang Pencipta, kemudian beribadah kepada-Nya.

Di antara dalilnya adalah sebagai berikut:

(a) Firman Allah,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ   

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 21)

(b) Firman Allah,

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ  

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Qs. al-Alaq: 1)

(c) Firman Allah,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا  

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Qs. an-Nisa’: 1)

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa kewajiban manusia ketika lahir di dunia ini adalah beibadah kepada Allah yang menciptakan mereka.

(3)   Beribadah Kepada Sang Pencipta

Ketiga ayat di atas menampilkan perbuatan Allah yang menciptakan setelah perintah untuk menyembah-Nya. Ini menunjukkan bahwa yang berhak disembah hanyalah Dzat yang Mencipta. Adapun yang tidak mencipta tidak berhak disembah dan dipuji.

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah,

أَفَمَن يَخۡلُقُ كَمَن لَّا يَخۡلُقُۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ   

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (Qs. an-Nahl: 17)

Juga dikuatkan dalam firman-Nya,

فَذَرۡهُمۡ حَتَّىٰ يُلَٰقُواْ يَوۡمَهُمُ ٱلَّذِي فِيهِ يُصۡعَقُونَ ۞ يَوۡمَ لَا يُغۡنِي عَنۡهُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـٔٗا وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ ۞  

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (Qs. at-Thur: 35-36)

Juga dikuatkan dalam firman-Nya,

نَحۡنُ خَلَقۡنَٰكُمۡ فَلَوۡلَا تُصَدِّقُونَ ۞ أَفَرَءَيۡتُم مَّا تُمۡنُونَ ۞ ءَأَنتُمۡ تَخۡلُقُونَهُۥٓ أَمۡ نَحۡنُ ٱلۡخَٰلِقُونَ  ۞ 

“Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” (Qs. al-Waqi’ah: 57-59)

Jika seseorang menyembah dan beribadah kepada Dzat yang menciptakannya dan meyakini hal itu di setiap ibadahnya, maka diharapkan akan menjadi orang-orang yang bertakwa (takut kepadanya) لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ.  

(4) Penciptaan Manusia dan Alam Semesta

(a) Secara kronologi penciptaan, alam semesta yang terdiri dari langit, bumi dan seisinya lebih dahulu diciptakan oleh Allah sebelum penciptaan manusia. Tetapi dalam ayat ini (surah al-Baqarah ayat 21-22) dan ayat-ayat yang lain, penciptaan manusia disebut lebih dahulu sebelum penciptaan lainnya.

Hal itu, ketika Allah memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, Allah menunjukkan alasan yang paling utama dan yang paling nampak bagi manusia, yaitu penciptaan manusia itu sendiri.

Manusia tentunya akan melihat dirinya sendiri sebelum melihat makhluk lainnya. Allah mengajarkan kepada manusia, agar merenungi dirinya sendiri, kenapa ia ada di dunia? Siapa yang menciptakannya? Tujuan apa dia hidup di dunia? Dahulu berasal dari mana? Dan setelah itu mau ke mana?

(b) Kemudian setelah menyebutkan penciptaan manusia, Allah menyebutkan penciptaan langit, bumi dan menurunkan hujan agar tumbuh pohon-pohon yang mengeluarkan buah-buahan untuk dimakan.

Allah berfirman,

ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ  

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Qs. al-Baqarah: 22)

Ketika Allah menciptakan manusia, tidak begitu saja dibiarkan hidup sendiri. Tetapi Allah memberikan fasilitas yang diperlukan manusia untuk bisa bertahan hidup. Di dalam ayat ini hanya disebutkan 3 fasilitas yang pokok saja yaitu: bumi, langit dan buah-buahan. Bumi sebagai hamparan (فِرَٰشٗا), langit sebagai atap (بِنَآءٗ), dan buah-buahan (ثَّمَرَٰت) sebagai makanan.

Kalau kita renungkan, manusia yang hidup hanya memerlukan tiga hal di atas, yaitu: papan, pangan dan sandang.

 (5)   Ibadah dan Rezeki

Setelah memberikan segala fasilitas yang diperlukan oleh manusia, Allah melarang manusia untuk menjadikan selain Allah -sebagai tandingan-Nya, larangan untuk menyembah selain-Nya.

Allah berfirman,

فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ  

“Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Qs. al-Baqarah: 22)

Larangan ini sesuai dengan logika dan akal, karena Dzat yang memberi pastinya harus dihormati dan diucapkan terima kasih kepada-Nya yaitu dalam bentuk hanya beribadah kepada-Nya saja. Sebaliknya yang tidak memberi apa-apa, tidak usah diucapkan terima kasih kepadanya, tidak usah dipuji, apalagi disembah. Sungguh sangat durhaka dan di luar akal sehat, seseorang memuji dan menyembah sesuatu yang tidak bisa apa-apa di depan Dzat yang memberikan segala sesuatu kepada makhluk-Nya.

Allah berfirman,

رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ  

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Qs. Ibrahim: 37)

Allah juga berfirman,

قَالَ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ   

“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Qs. Thaha: 50)

Orang-orang kafir justru malah menyembah sesuatu yang tidak memberikan rezeki. Allah berfirman,

 إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ  

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” (Qs. al-Ankabut: 17)

***

 

Ahmad Zain An-Najah 

KARYA TULIS