(Qs. Al-Baqarah: 23-24) Bab 18 - Keraguan terhadap Al-Qur'an
KERAGUAN TERHADAP AL-QUR’AN
وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ۞ فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ۞
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
(Qs. al-Baqarah: 23-24)
(1) Keraguan terhadap al-Qur'an
Pada awal surah al-Baqarah Allah telah menjelaskan bahwa al-Qur'an itu tidak ada keraguan di dalamnya dan tidak ada kebathilan, kesalahan, kekeliruan apalagi pertentangan di dalamnya. Sudah hampir 15 abad lamanya, belum ada seorang pun yang mampu menemukan satu kesalahan pun dalam al-Qur'an. Ini semua membuktikan kebenaran al-Qur'an.
Walaupun begitu, tetap saja ada orang yang meragu-ragukan al-Qur'an ini, semenjak dulu hingga sekarang. Untuk zaman sekarang muncullah gerakan Islam Liberal yang membebaskan akal sebebas-bebasnya, tanpa ada batasnya, sampai mereka berani mengkritik kesucian al-Qur'an dan menyatakan bahwa al-Qur'an yang ada sekarang bukanlah al-Qur'an asli yang turun kepada Nabi Muhammad, tetapi al-Qur'an yang ada sekarang menurut mereka adalah al-Qur'an yang ditulis oleh ‘Ustman bin ‘Affan.
Mereka berdalih dengan adanya al-Qur'an (mushaf) lain yang isinya berbeda dengan yang ada sekarang, contohnya mushaf ‘Abdullah bin Mas’ud yang tidak mencantumkan di dalamnya surah al-Falaq dan an-Nas.
Padahal penulisan al-Qur'an yang dilakukan ‘Ustman bin ‘Affan tersebut atas persetujuan seluruh sahabat termasuk ‘Abdullah bin Mas’ud. Itu pun beliau dan tim yang ditunjuk hanya menyalin dari mushaf yang disimpan oleh Hafshah yang merupakan peninggalan dari Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khattab.
Oleh karenanya yang dijadikan standar adalah mushaf yang ditulis atas perintah ‘Ustman bin ‘Affan dan disepakati para sahabat.
Adapun jika ada perbedaan sedikit, seperti yang ada dalam mushaf ‘Abdullah bin Mas’ud, maka itu mushaf sebelum ada perintah penulisan ulang dari ‘Ustman bin ‘Affan. Kesimpulannya bahwa apa yang dinyatakan oleh kaum Liberal bahwa mushaf yang ada sekarang bukan mushaf asli tertolak dengan sendirinya.
Karena keragu-raguan tersebut, mereka mempunyai rencana untuk menerbitkan “al-Qur'an edisi revisi”. Sampai sekarang “al-Qur'an edisi revisi” itu pun tidak kunjung terbit. Alhamdulillah.
Keragu-raguan terhadap mushaf yang beredar sekarang juga dinyatakan oleh kelompok sesat Syiah Rafidhah (Syiah dua belas) dalam buku mereka yang berjudul “Al-Kafi”. Disebutkan bahwa jumlah ayat al-Qur'an yang ada sekarang hanya sepertiga dari seluruh isi al-Qur'an yang sebenarnya.
Tentunya pendapat ini tidak benar. Bagaimana seluruh umat Islam di seluruh dunia sejak Nabi meninggal hingga sekarang selama kurang lebih 15 abad lamanya, tidak mengetahui adanya mushaf al-Qur'an yang jumlah ayatnya tiga kali lipat dari jumlah ayat-ayat yang ada di mushaf al-Qur'an sekarang?
Beberapa saat yang lalu, penulis ketemu dengan salah satu teman yang membawa dan memperlihatkan mushaf terjemahan Bahasa Inggris dengan tambahan beberapa surah dan ayat yang tidak ada di dalam al-Qur'an yang beredar sekarang.
Ini juga salah satu bukti bahwa orang-orang kafir tidak henti-hentinya untuk membuat tandingan al-Qur'an dan membuat keraguan di dalam diri umat Islam terhadap al-Qur'an yang ada.
(2) Mereka Membuat Tandingan
Firman Allah,
فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ
“Maka datangkanlah satu surah seperti dalam al-Qur'an.”
Pada ayat di atas, Allah menantang orang-orang kafir untuk mendatangkan atau membuat satu surah seperti yang terdapat dalam al-Qur'an. Tantangan Allah ini menurut para ulama disebut “al-Ta’jiz” (melemahkan), yaitu tantangan untuk melemahkan orang yang ditantang. Artinya tidak mungkin mereka bisa melakukan apa yang ditantang Allah dengan membuat satu surah seperti yang ada dalam al-Qur'an.
Diceritakan bahwa Musailamah al-Kadzab, seorang nabi palsu berusaha membuat satu surah seperti al-Qur'an, maka di tulis,
الفيلُ مَا الفيل , وما أدْراكَ مَالفِيل , له دنب وَبِيل وخُرطُوم طَويلٌ,
“Gajah, apakah itu gajah, tahukah kamu apa itu gajah; gajah mempunyai ekor yang kecil dan belalai yang panjang.”
Jika dilihat dari kata-kata yang disusun Musailamah al-Kadzab untuk menandingi al-Qur'an di atas, sangat jauh dari kesempurnaan, bahkan terlihat main-main. Sebuah kata-kata yang tidak mempunyai makna.
Dari situ terlihat ketidakmampuan Musailamah al-Kadzab untuk menandingi al-Qur'an. Begitu juga yang dilakukan orang-orang sesudahnya, tidak ada yang berhasil menandingi al-Qur'an. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
(3) Hukum Meragukan al-Qur'an
فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. al-Baqarah: 24)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang meragukan al-Qur'an hukumnya kafir dan masuk neraka. Sebagian ulama menyebutnya dengan istilah “kafir karena keraguan”.
Bahkan jika seseorang mengkafiri atau meragukan satu ayat saja dari al-Qur'an sudah dihukumi kafir, keluar dari Islam. Hal ini karena seluruh ayat dalam al-Qur'an diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara mutawatir, yaitu kebenarannya sudah diakui dan diriwayatkan oleh orang banyak kepada banyak orang dari jalur pertama (sahabat Nabi) sampai jalur terakhir (perawi terakhir), yang mana jumlah mereka tidak ada potensi untuk berbohong.
(4) Berlindung dari Api Neraka
فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. al-Baqarah: 24)
Ayat di atas menunjukkan beberapa hal:
(a) Perintah untuk berlindung dari api neraka. Berlindung dari api neraka bisa melalui banyak cara, diantaranya:
1. Meyakini akan kebenaran isi al-Qur'an secara keseluruhan, dan tidak meragukannya sedikit pun.
2. Berinfak membantu orang yang kelaparan sebagaimana di dalam hadist,
فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Lindungi kalian dari api neraka, walau hanya memberi makan setengah buah kurma.”
(b) Api neraka berisi manusia dan batu. Dipilih batu sebagai salah satu bahan bakar api neraka karena lima hal.
1. Cepat menyala,
2. Baunya menyengat dan busuk,
3. Banyak mengeluarkan asap,
4. Sangat lekat jika menempel di badan manusia.
5. Panasnya sangat terasa apalagi ketika sedang menyala.
(c) Api neraka sudah tersedia sejak sekarang, karena Allah berfirman (لِلۡكَٰفِرِينَ أُعِدَّتۡ), “telah disediakan bagi orang-orang kafir.”
Di antara dalil yang menunjukkan api neraka sudah ada sekarang adalah sebagai berikut:
1. Hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " تَدْرُونَ مَا هَذَا " . قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ " هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا " .
“Suatu ketika ketika kami bersama Rasulullah, tiba-tiba beliau mendengar suara keras, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, bertanya: “Tahukah kalian suara apa itu?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda:” Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu, dan baru sekarang jatuh di dasar api neraka.”.” (HR. Muslim, 2844)
2. Hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَاجَّتِ النَّارُ وَالْجَنَّةُ فَقَالَتِ النَّارُ أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ . وَقَالَتِ الْجَنَّةُ فَمَا لِي لاَ يَدْخُلُنِي إِلاَّ ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ وَعَجَزُهُمْ . فَقَالَ اللَّهُ لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي . وَقَالَ لِلنَّارِ أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمْ مِلْؤُهَا
“Neraka dan surga berdebat. Berkata neraka: “Di sini tempat masuknya para pemimpin otoriter dan sombong.” Berkata surga: “Di sini tempat masuknya orang-orang lemah dan miskin.” Allah berfirman kepada neraka, “Kamu ada adzab-Ku, di mana Aku mengadzab siapa saja yang aku kehendaki.” Allah juga berfirman kepada surga, “Kamu adalah rahmat-Ku, di mana Aku memberikan rahmat kepada siapa yang Aku kehendaki. Setiap dari kalian berdoa ada penghuninya.” (HR. Muslim, 2846)
3. Hadist ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu,
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَأَيْنَاكَ تَنَاوَلْتَ شَيْئًا فِي مَقَامِكَ، ثُمَّ رَأَيْنَاكَ كَعْكَعْتَ. قَالَ صلى الله عليه وسلم " إِنِّي رَأَيْتُ الْجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ عُنْقُودًا، وَلَوْ أَصَبْتُهُ لأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا، وَأُرِيتُ النَّارَ، فَلَمْ أَرَ مَنْظَرًا كَالْيَوْمِ قَطُّ أَفْظَعَ، وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ". قَالُوا بِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ " بِكُفْرِهِنَّ "
Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami melihat Anda sepertinya mendapatkan sesuatu di tempat Anda berdiri ini, dan kami juga melihat Anda menahan kedua tangan.” Maka beliau pun menjelaskan: “Sesungguhnya saya telah melihat surga, lalu saya mendapati satu tandan, sekiranya saya mengambilnya, niscaya kalian akan makan darinya selama dunia ini ada. Kemudian saya juga melihat neraka, maka saya belum pernah melihat pemandangan yang dahsyat seperti hari ini, dan saya melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.” Para sahabat bertanya, “Apakah penyebabnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Lantaran kekufuran mereka.” (HR. al-Bukhari, 1052)
(d) Firman-Nya (لِلۡكَٰفِرِينَ أُعِدَّتۡ), “neraka itu disediakan bagi orang-orang kafir.”
Maksudnya bukan terbatas orang kafir yang masuk neraka tetapi juga orang-orang yang bermaksiat dari golongan orang-orang beriman yang belum bertaubat dan belum diampuni Allah, maka mereka masuk neraka. Setelah itu mereka masuk surga.
Bisa juga diartikan bahwa neraka itu disediakan untuk orang-orang kafir sebagai tempat tinggal bagi mereka selama-lamanya.
***
Ahmad Zain An-Najah
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »