Tafsir An-Najah (Qs. Al-Baqarah: 36) Bab 31 - Syetan Musuh
SYETAN MUSUH YANG MENGGELINCIRKAN
فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ عَنۡهَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".”
(Qs. Al-Baqarah {2}: 36)
1. Syetan Menggelincirkan (فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ عَنۡهَا)
Ayat diatas menunjukkan bahwa syetan berhasil menggelincirkan Nabi Adam dan Siti Hawa dari surga.
Syetan mempunyai banyak cara untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus. Diantaranya adalah apa yang dilakukannya kepada Nabi Adam Alais Salam, sebagai berikut :
1) Dia bersumpah kepadanya bahwa dia hanya menasehati Nabi Adam kepada sesuatu yang lebih baik, Allah Subhanahu wa ta ‘ala berfirman,
وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ
“Dan dia (syetan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua."” (QS. Al-A’raf {7} : 21)
2) Memutarbalikkan fakta dan kebenaran, menyatakan sesuatu yang buruk adalah baik dan sebaliknya, menyatakan sesuatu yang membahayakan adalah sesuatu yang bermanfaat, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ
“Dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." (QS. Al-A’raf {7}: 20)
Adapun cara syetan menggelincirkan manusia secara umum diantaranya adalah :
1) Menakut-nakuti orang yang berinfaq akan berkurang uangnya dan akan menjadi miskin, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).” (QS. Al-Baqarah {2}: 268)
2) Menggoda manusia pelan-pelan, sedikit-sedikit dan secara bertahap, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ
”Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah {2} : 208)
3) Menganggap jual beli seperti riba, keduanya tidak ada bedanya sama-sama mengambil keuntungan, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah{2} : 275)
4) Membuat permusuhan diantara manusia melalui khamr dan perjudian, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ فِي ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِ وَيَصُدَّكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّنتَهُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Ma’idah {5}: 90-91)
2. Allah Subhanahu wa ta’ala Mengeluarkan Nabi Adam Alaihis Salam Dari Surga
فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ
“Maka dia ( syetan ) mengeluarkan keduanya dari tempat yang keduanya sebelumnya berada ( surga).”
Ayat di atas secara sekilas seakan yang mengeluarkan Nabi Adam dan Siti Hawa adalah syaitan. Tetapi yang sebenarnya yang mengeluarkan keduanya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Syaitan tidak bisa mengeluarkan keduanya dari surga, hanya saja dialah yang menggelincirkan keduanya sehingga dikeluarkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Maka sebagian ulama’ mengartikan ((فأزلّهما menggelincirkan dengan (فأزالهما) menghilangkan : maksudnya menghilangkan kenikmatan yang ada di surge dan berpindah ke muka bumi.
3. Syetan, Adam dan Siti Hawa diturunkan Ke Bumi
وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ
“Dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain” (QS. Al-Baqarah {2}: 36)
Ayat di atas menunjukkan bahwa syetan, Nabi Adam, dan Siti Hawa diperintahkan untuk turun dari surga ke muka bumi dan masing-masing dari mereka menjadi musuh sebagian yang lain.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan di daerah India, Siti Hawa di Jeddah, sedangkan Iblis (syetan) diturunkan ditempat lain.
Sebagian mengatakan bahwa Nabi Adam Alaihis Salam dan Siti Hawa akan bertemu didaerah Mekkah, berdasarkan pada penafsiran firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".” (QS. Al-Baqarah {2} : 30)
Yang dimaksud bumi pada ayat di atas adalah Mekkah, sebagaimana pernah disebutkan penafsiran ayat tersebut.
Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat sebagian ulama bahwa Ka’bah yang membangun pertama kali adalah Nabi Adam, sedang Nabi Ibrahim hanya merenovasi Ka’bah, tidak membangunnya.
Salah satu hikmah turunnya Nabi Adam ke bumi adalah menjadi khalifah di muka bumi dan akan mempunyai keturunan yang akan menyebar di muka bumi. Sampai hari ini tahun 2021, manusia keturunan Nabi Adam kira-kira berjumlah 7 milyar manusia.
4. Syetan Musuh Manusia
بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ
“Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain”
Ayat di atas menjelaskan bahwa syetan menjadi musuh manusia di muka bumi ini.
Permusuhan ini sifatnya abadi dan akan terus berlangsung sampai datangnya hari kiamat.
Banyak ayat Al-Qur’an yang memperingatkan manusia akan hal ini, diantaranya :
1) Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Fatir {35}: 6)
2) Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Kahfi {18} :50)
3) Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ
“Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah {2}: 208)
4) Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
قَالَ هَٰذَا مِنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِۖ إِنَّهُۥ عَدُوّٞ مُّضِلّٞ مُّبِينٞ
“Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” (QS. Al-Qashash {28} : 15 )
5. Bumi Tempat Tinggal Sementara
وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ
“Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".” (QS. Al-Baqarah {2} : 36)
Ayat di atas menunjukkan bahwa bumi adalah tempat tinggal sementara bagi manusia dan syetan. Di dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ فَمُسۡتَقَرّٞ وَمُسۡتَوۡدَعٞۗ قَدۡ فَصَّلۡنَا ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَفۡقَهُونَ
“Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al-An’am {6} : 98)
Kata (فمستقر) pada ayat di atas diartikan tempat tinggal sementara yaitu bumi, sedangkan (مستودع (artinya tempat penyimpanan sementara, yaitu alam kubur (kuburan).
1. Kata ( مستقر) diambil dari akar kata (قرر) yang artinya tetap tidak berpindah atau goyang.
2. Botol dalam Bahasa arab disebut (قارورة) karena air yang dimasukkan kedalamnya akan tetap, tidak tumpah dan tidak pindah ke tempat lain
3. Desa atau kota disebut juga ( قرية) karena orang-orang telah menetap di dalamnya dan tidak berpindah-pindah ketempat lain.
4. Penyejuk mata disebut ( قرة أعين) karena mata jika melihatnya merasa sejuk dan tidak mau pindah melihat yang lain.
5. Adapun kata ( متاع) artinya perhiasan, atau sesuatu yang dipakai dan dinikmati.
Di dalam hadist disebutkan :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ" .
“Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.”” (HR. Muslim)
Hadist di atas menunjukkan bahwa wanita termasuk متاع )) sesuatu yang dinikmati oleh laki-laki dan yang paling baik dari mereka adalah wanita sholihah. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
فَمَا ٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِهِۦ مِنۡهُنَّ فَـَٔاتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةٗۚ
“Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa’ {4}: 24)
Di dalam ayat lain, Allah menjelaskan bahwa kesenangan (perhiasan) dunia ini sifatnya sedikit dan tidak sempurna, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلۡ مَتَٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيلٞ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلًا
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS. An-Nisa’ {4}: 77)
Hal ini dikuatkan dengan ayat dalam surat Al-Baqarah di atas, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِين
“Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah {2} : 36)
Kalimat (وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِين) yaitu, kesenangan sampai pada waktu yang ditentukan, yaitu sampai datang kematian atau sampai datangnya hari kiamat.
***
Ahmad Zain An-Najah
Jakarta, Ahad, 16 Januari 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »