Tafsir An-Najah (Qs. Al-Baqarah: 37-39) Bab 32 - Taubat Nabi Adam
BAB 32
TAUBAT NABI ADAM
فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ فَتَابَ عَلَيۡهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٣٧ٱلرَّحِيمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(Qs. Al-Baqarah{2}: 37)
(1) Nabi Adam AS Menerima Pengajaran
فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya,” (Qs. Al-Baqarah{2}: 37)
Setelah turun di muka bumi, Nabi Adam AS mendapatkan bimbingan dari Allah SWT untuk segera bertaubat dari kesalahannya. Hal ini menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Nabi atau Rasul bisa berbuat salah atau dosa, kemudian mendapatkan bimbingan Allah SWT untuk segera bertaubat.
Adapun isi bimbingan dan wahyu dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Adam AS adalah berupa “Beberapa kalimat (nasehat)”. Apa yang dimaksud dengan kalimat disini? Yang dimaksud kalimat disini adalah Doa yang diucapkan Nabi Adam AS dan Siti Hawa yang terdapat dalam firman Allah SWT :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Al-A’raf {7}: 23)
(2) Allah SWT Penerima Taubat
فَتَابَ عَلَيۡهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
“Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah {2}: 37)
Salah satu sifat Allah SWT adalah) ( توَّابَ“Maha Penerima Taubat”. Nama “Tauwwab” ini juga boleh digunakan oleh seorang hamba, sebagaimana firman Allah SWT :
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡمَحِيضِۖ قُلۡ هُوَ أَذٗى فَٱعۡتَزِلُواْ ٱلنِّسَآءَ فِي ٱلۡمَحِيضِ وَلَا تَقۡرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطۡهُرۡنَۖ فَإِذَا تَطَهَّرۡنَ فَأۡتُوهُنَّ مِنۡ حَيۡثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. Al-Baqarah {2}: 222)
Kalau seorang hamba disebut ( تواب ) artinya orang yang banyak bertaubat, dan banyak kembali kepada Allah. Karena makna taubat adalah kembali.
Tetapi jika kata ( تواب ) dinisbatkan kepada Allah, maka maknanya adalah Allah yang Maha Penerima Taubat hamba-Nya. Biasanya nama ( تواب ) disanding dengan nama ) اَلرَّحِيْمُ ) Yang Maha Penyayang. Hal itu , karena menerima taubat hamba-Nya adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang sudah terlanjur berbuat dosa.
(3) Hidup Bahagia dengan Mengikuti Petunjuk
وَٱتَّقُواْ يَوۡمٗا لَّا تَجۡزِي نَفۡسٌ عَن نَّفۡسٖ شَيۡـٔٗا وَلَا يُقۡبَلُ مِنۡهَا شَفَٰعَةٞ وَلَا يُؤۡخَذُ مِنۡهَا عَدۡلٞ وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".” (Qs. Al-Baqarah {2}: 38)
- Perintah turun ke muka bumi disebut dua kali oleh Allah SWT dalam surat ini. Hal itu untuk menunjukkan kuatnya perintah ini. Sebagian ulama mengatakan dua kali perintah untuk turun. Turun pertama, maksudnya turun dari surga ke langit yang terdekat dengan bumi (السَّمَاءُ الدُّنْيَا), sedang turun kedua maksudnya turun dari langit yang terdekat menuju bumi.
Peristiwa dua kali turun ini menunjukkan bahwa surga ada di langit yang ketujuh, yaitu langit yang paling tinggi dan yang paling luas, langit yang paling luas, langit yang atapnya ‘Arsy Rahman, sebagaimana yang tertera dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
- Ketika Nabi Adam AS hidup di bumi, kemudian mempunyai banyak keturunan, Allah SWT memberikan petunjuk (Huda) kepada Nabi Adam yang disampaikan kepada anak keturunannya. Barang siapa mengikuti “petunjuk” tersebut, maka hidupnya akan bahagia dan tidak pernah khwatir dengan masa depan di akhirat serta tidak pernah sedih dengan apa yang telah berlalu selama hidup di dunia.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah SWT :
قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ
“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".” (Qs. Thaha {20}: 123-124)
Ayat di atas menunjukkan bahwa siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, maksudnya adalah wahyu, termasuk Al-Qur’an maka tidak akan sesat dan tidak akan sengsara di dalam hidup di dunia. Sebaliknya yang tidak mau mengikuti peringatan-Ku (wahyu/Al-Qur’an), maka hidupnya akan terasa sempit (hatinya tidak Bahagia) walaupun mempunyai harta dan kekuasaan.
Orang-orang kafir yang berpaling dari peringatan Allah (Al-Qur’an) selain sengsara hidup mereka di dunia, di akherat pun mereka akan dibutakan mata-mata mereka dan menjadi penghuni neraka.
Oleh karenanya Allah S WTmenutup ayat ini, sekaligus penutup dari kisah Nabi Adam AS, Siti Hawa dan syetan dengan menyatakan akhir hidup orang kafir di dunia dan di akherat. Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al-Baqarah {2}: 39)
***
Ahmad Zain An-Najah
Jakarta, Ahad, 16 Januari 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »