Mereka yang Mengacuhkan Al Qur’an
Jangan Kau Tinggalkan Al-Quran
Catatan Harian #53
2 Ramadhan 1438 H / Ahad, 28 Mei 2017
Kultum Tarawih Masjid As Salam, Jaka Permai, Bekasi
Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA
Landasan dalil QS Al-Furqan: 30, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman;
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (Qs. al-Furqan: 30)
Ulama menjelaskan macam-macam sikap acuh terhadap Al-Qur'an diantaranya adalah tidak mau mentadabburi dan memahaminya. Dan itu yang banyak terjadi di masyarakat, mereka semangat menghatamkan al-Qur’an –terlebih bulan ramadhan- namun malas mempelajari kandungannya.
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwasanya tingkatan manusia terhadap al-Qur’an dibagi menjadi lima; qiroah, tilawah, tadabbur, memahami, dan mengamalkan.
Tingkatan Pertama: Qiroah
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala,
وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا
“Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup,” (Qs. Al-Isra’: 45)
Tingkatan Kedua: Tilawah
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala,
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ
"Dan agar aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka barang siapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa sesat, maka katakanlah, Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan." (Qs. An-Naml: 92)
Perbedaan antara qiroah dan tilawah adalah dalam hal pemahaman dan keberlanjutan bacaan. Qiro’ah hanya sampai pada batas membaca dan tidak istiqomah, sedangkan Tilawah adalah membaca Al Qur’an dan paham maknanya serta istiqomah dalam membacanya.
Tingkatan Ketiga: Tadabbur
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْۤا اٰيٰتِه وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran." (Qs. Sad: 29)
Dalam ayat ini kita diperintahkan mentadabburi al-Qur’an, tidak sedekar membacanya hingga khatam.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَ قْفَالُهَا
"Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an, ataukah hati mereka sudah terkunci?" (Qs. Muhammad: 24)
Ayat ini menunjukkan bahwa diantara tanda terkuncinya hati adalah tidak mau mentadabburi Al Qur'an , dan siapa mentadabburi al-Qur’an maka akan terbuka hatinya.
Tingkatan Keempat: Memahami maknanya
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَ مِنْهُمْ اُمِّيُّوْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ الْكِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِيَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ
"Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab (Taurat) kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga." (Qs. Al-Baqarah: 78)
Maksud dari berangan-angan adalah mereka hanya bisa membaca namun tidak memahami maknanya.
Tingkatan Kelima: Mengamalkan Al Qur'an,
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰٮةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًا ۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
"Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Qs. Al-Jumu'ah: 5)
Allah menyindir umat islam yang tidak mengamalkan al-Qur’an seperti orang Yahudi yang diberikan kepada mereka taurat namun tidak diamalkan (كمثل الحمار يحمل أسفارل), dan mereka diperumpamakan sebagaimana keledai yang membawa banyak buku.
Tingkatan Keenam: Mendakwahkan
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr: 3)
Dikuatkan dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (Qs. Al-Furqan: 31)
Merupakan sunnatullah, bahwa di kehidupan dunia ini seorang tidak akan lepas dari permusuhan. Nabi sebagai manusia sempurna pun memiliki musuh,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs. al-An’am: 112)
Musuh para Nabi adalah setan, baik dari jin maupun manusia. Perkataan mereka sangatlah memukau dan memperdaya (زخرف القول غرورا).
Walaupun begitu seorang muslim dilarang putus asa, karena Allah melanjutkan dalam ayat diatas (وكفى بربك هاديا ونصيرا) yaitu siapa yang kembali pada al-Qur’an maka Allah akan memenangkannya dalam pertarungan melawan setan dan bala tentaranya.
Kemudian Allah melanjutkan dengan firman-Nya,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Qs. Al-Furqan: 32)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan syubhat orang kafir terhadap orang beriman, diantaranya perkataan ‘kenapa al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus?’ Perkataan ini hanyalah sebagai bentuk pengingkaran mereka terhadap al-Qur’an. Allah menjawab syubhat tersebut dengan menerangkan bahwa al-Qur’an diturunkan pada Nabi Muhammad berangsur-angsur dengan tujuan menguatkan hati rasulullah. Dari ayat diatas juga bisa difahami pula bahwa membaca al-Qur’an tidak perlu tergesa-gesa, sebagaimana dalam
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.” (Qs. al-Qiyamah: 16)
Nabi Muhammad yang merupakan utusan Allah dan arab asli saja diperintahkan agar tidak terburu-buru dalam membaca Al-Qur’an, bagaimana dengan kita?
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah,
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
"Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap." (QS. Al-Isra': 106)
Resume by Rosyid A
Join us on telegram:
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »