Khusyu', Sifat Dasar Orang Beriman
Khusyu' menghadap Allah
Catatan Harian #89
15 Ramadhan 1438 H / Jumat, 9 Juni 2017
Kultum Tarawih Masjid Al Jihad, Kranggan
Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman," (Qs. Al-Mu'minun: 1)
Didalam Al-Qur'an ada dua jenis seruan bagi orang beriman,
1. Mukminun (الْمُؤْمِنُوْنَ)
2. Wahai orang yang beriman (ياأيهاالذين أمنوا)
Apa bedanya? Bedanya bahwa Mukmin (الْمُؤْمِنُوْنَ) adalah mereka yang telah sempurna imannya, adapun seruan (ياأيهاالذين أمنوا) atau biasa diartikan Wahai orang yang beriman bermakna wahai orang-orang yang sedang berusaha menyempurnakan imannya.
Nah, dalah ayat ini Allah menggunakan frasa mukmin (الْمُؤْمِنُوْنَ) menunjukkan bahwa sifat-sifat yang akan dijelaskan di ayat selanjutnya adalah sifat yang dimiliki oleh orang yang sempurna imannya.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
"(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya," (Qs. Al-Mu'minun: 2)
Allah menjelaskan bahwa sifat orang yang sempurna Imannya adalah khusu' dalam shalat.
Dalam ayat lain ketika menjelaskan sifat Muttaqin Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (Qs. Al Baqarah: 3)
Dalam ayat ini Allah tidak menggunakan frasa 'melakukan' shalat, melainkan menggunakan kata 'menegakkan', bermakna bahwa menegakkan jauh lebih dalam dari sekedar melaksanakan. Dan salah satu unsur tegaknya shalat adalah menghadirkan kekhusuan hati.
Hal ini menunjukkan bahwa Ibadah yang paling utama adalah ibadah yang masuk ke dalam hati, bukan sekedar gerakan badan, karena bila ibadah hanya dinilai dari gerakan badan, maka orang-orang munafiklah yang unggul karena mereka shalat di belakang Rasulullah.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۗ لَا نَسْــئَلُكَ رِزْقًا ۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
"Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa." (Qs. Taha 20: Ayat 132)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam proses meraih kekhusuan diperlukan kesabaran, karena khusu' tidak semudah apa yang diucapkan.
Bagaimana cara meraih kekhusyuan dalam Ibadah? Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
"(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (Qs. Al-Baqarah: 46)
Di antara ciri kekhusyuan adalah mengingat kematian. Karena orang yang selalu mengingat kematian akan takut melanggar batas syariat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian." (HR Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasai dan Ahmad)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ وَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗ ۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِيْ الْخَيْـرٰتِ وَ يَدْعُوْنَـنَا رَغَبًا وَّرَهَبًا ۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
"Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (Qs. Al-Anbiya’: 90)
Allah menjelaskan ada tiga hal yang menjadi sebab terkabul nya doa para Nabi:
1. Bersegera dalam kebaikan.
2. Berdoa dengan rasa berharap (رغبا) dan takut (رهبا). Berharap masuk surga dan takut dari api neraka
3. Khusyu’ dalam beribadah.
Ketiga amalan di atas merupakan amalan-amalan hati.
Pentingnya amalan hati banyak sekali disebutkan dalam berbagai ayat Al Qur'an. Diantaranya sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (Qs. Al-Anfal: 2-4)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa sifat orang mukmin yang Haq adalah mereka yang mengerjakan tiga amalan hati dan dua amalan badan. Ayat di atas menunjukkan bahwa amalan hati lebih penting dari amalan badan.
Allah subhanahu wa ta'al juga berfirman,
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَـقِّ ۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." (Qs. Al-Hadid: 16)
Pada ayat di atas Allah menegur orang-orang beriman agar hatinya khusyu' untuk berdzikir pada Allah dan membaca Al-Qur’an serta menjauhi kebiasaan orang-orang ahlu kitab yang hatinya keras karena banyak berangan-angan.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir." (Qs. Al-Hasyr: 21)
Gunung yang Allah ciptakan dari kumpulan batu yang keras, bila diturunkan kepadanya Al Qur'an niscaya hancur berkeping-keping lantaran takut pada Allah. Ayat ini merupakan sindiran bagi manusia, bahwa siapa yang tidak khusu dalam membaca Qur'an maka hatinya lebih keras daripada gunung.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita doa agar dijauhkan dari hati yang tidak khusu, beliau bersabda:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
"Ya Allâh! Aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang bermanfaat, dari hati yang tidak khusyû’, dari jiwa yang tidak kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan." (HR. Muslim)
Resume by Rosyid A
Join Us on Telegram:
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »